Saat membuat program pelatihan, kamu pasti ingin tahu apakah itu memberikan dampak yang signifikan, kan? Apakah peserta merasakan bahwa mereka mendapatkan bantuan dan dapat menggunakan pengetahuan mereka dalam pekerjaan sehari-hari? Dalam situasi ini, Model Kirkpatrick dapat berfungsi sebagai solusi untuk evaluasi pelatihan yang lebih menyeluruh dan terarah.
Model Kirkpatrick ini memiliki empat tingkat evaluasi yang akan memberikan gambaran menyeluruh tentang efektivitas pelatihan. Semuanya tergantung pada seberapa puas peserta, seberapa memahami materi mereka, bagaimana perilaku mereka berubah setelah pelatihan, dan apakah itu berdampak pada kinerja tim atau bahkan bisnismu. Oleh karena itu, model ini sangat cocok untuk mereka yang ingin program pelatihan benar-benar bermanfaat.
Di artikel ini, kamu akan lebih memahami apa itu Kirkpatrick Model, tahapan evaluasinya, dan beberapa tips untuk menerapkannya. Buat kamu yang sedang mengelola pelatihan atau membangun sistem pembelajaran di tempat kerja, yuk simak penjelasan lengkapnya!
Pengertian Kirkpatrick Model
Kirkpatrick Model adalah alat evaluasi yang diakui secara internasional untuk mengevaluasi seberapa efektif program pelatihan atau pembelajaran. Ada empat tingkat dalam model ini, yakni Reaction, Learning, Behavior, dan Results. Masing-masing level memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang pengaruh pelatihan.
Donald Kirkpatrick mengembangkan model ini pada tahun 1959, lalu diperbarui pada tahun 1975 dan 1993. Model ini juga dikembangkan oleh James dan Wendy Kirkpatrick, anak dan menantunya. Sampai saat ini, Model Kirkpatrick masih menjadi acuan bagi banyak profesional yang mempelajari dan mengevaluasi dampak program mereka.
Fokus utama Kirkpatrick Model adalah pendekatannya yang sistematis dan menyeluruh. Mulai dari, menilai perasaan peserta terhadap pelatihan, pemahaman mereka tentang materi, dan bagaimana perubahan perilaku dan hasilnya terjadi di tempat kerja atau perusahaan. Sangat cocok untuk berbagai jenis pelatihan, termasuk di organisasi, perusahaan, dan program pendidikan lainnya.
Empat Tahap Evaluasi level Kirkpatrick Model
.webp)
Kirkpatrick Model terdiri dari empat level evaluasi yang saling terhubung: Reaction, Learning, Behavior, dan Results. Model ini membantu kamu memahami seberapa efektif program pelatihan dan dampaknya terhadap performa kerja dan hasil bisnis secara keseluruhan. Berikut penjelasan lengkapny:
1. Reaction: Apa Pendapat Peserta?
Reaksi peserta setelah pelatihan adalah fokus utama dari tahap pertama ini. Apakah mereka menikmati pelatihannya? Relevan dengan posisi mereka saat ini? atau bahkan menjadi membosankan? Setelah pelatihan selesai, hal ini biasanya diukur melalui kuesioner atau survei yang disebut juga dengan smile sheet.
Namun, penting untuk diingat bahwa di sini yang diperhatikan bukan kinerja pelatihnya, tetapi pengalaman belajar peserta. Jadi, pertanyaan seperti "Seberapa bermanfaat materi ini buat kamu?" atau "Apakah kamu merasa lebih siap setelah pelatihan ini?" adalah pertanyaan yang lebih tepat.
2. Learning: Apa yang Dipelajari?
Setelah mengetahui bagaimana perasaan peserta, langkah berikutnya adalah memastikan apakah mereka benar-benar belajar sesuatu. Metrik yang diukur adalah seberapa besar peserta menyerap pengetahuan, kemampuan, sikap, dan rasa percaya diri setelah pelatihan.
Untuk mengukurnya, kamu dapat menggunakan tes sebelum dan sesudah pelatihan, atau bahkan menggunakan diskusi dan wawancara. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang jumlah perubahan yang terjadi secara objektif.
3. Behavior: Apakah Ilmunya Dipraktikkan?
Bukankah ilmu itu bermanfaat hanya ketika dapat digunakan? Di sini, kamu dapat menentukan apakah peserta menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Jika ternyata belum kelihatan perubahan perilaku, belum tentu pelatihannya gagal, bisa jadi karena lingkungan kerja yang belum mendukung.
Sangat penting untuk mengidentifikasi pada tahap ini apakah ada hambatan nyata di tempat kerja yang menghalangi peserta untuk menerapkan pelajaran barunya.
4. Results: Apa Dampaknya untuk Bisnis?
Tahap terakhir adalah melihat hasil nyata dari pelatihan. Misalnya, apakah produktivitas meningkat? Penjualan naik? Jumlah kesalahan kerja menurun? Semua ini diukur berdasarkan target atau KPI (Key Performance Indicator) yang sudah ditentukan sejak awal.
Jik semua tahap dijalani dengan baik, kamu bisa dapat gambaran utuh tentang seberapa efektif pelatihanmu, mulai dari pengalaman peserta sampai ke hasil nyata buat bisnis.
Baca juga: 10 Perbedaan Coaching dan Mentoring, Mana yang Tepat untuk Karyawan?
Tips Menggunakan Kirkpatrick Model

Biar evaluasi pelatihan kamu tidak sekadar formalitas, Kirkpatrick Model bisa bantu kamu lihat hasilnya dari berbagai sisi. Tapi supaya hasilnya maksimal, kamu juga perlu tahu cara pakainya dengan tepat. Yuk, simak beberapa tips berikut ini:
1. Tentukan Tujuan Pelatihan Sejak Awal
Sebelum memulai pelatihan, penting bagi kamu untuk mengetahui tujuan apa yang ingin dicapai. Tujuan ini akan menjadi dasar untuk menyusun indikator keberhasilan di tiap level dalam Model Kirkpatrick. Dengan garis besar pelatihan yang jelas, hal ini dapat membuat proses evaluasi lebih terfokus dan dapat diukur.
2. Buat Indikator yang Spesifik
Setiap level dalam Kirkpatrick Model membutuhkan metode pendekatan yang berbeda. Jika Level 1 dapat diukur melalui survei tentang kepuasan peserta, sedangkan Level 2 membutuhkan kuis atau tes sebagai post-test pelatihan tersebut. Jangan hanya mengambil indikator dari orang lain; sebaliknya, buat indikator yang sesuai dengan konteks pelatihanmu, Teman Belajar.
3. Gunakan Beragam Metode Evaluasi
Jangan hanya andalkan satu metode, seperti kuesioner saja. Coba padukan dengan observasi langsung, wawancara, atau diskusi kelompok kecil. Evaluasi yang beragam akan memberikan gambaran yang lebih utuh tentang efektivitas pelatihan.
4. Libatkan Stakeholder dari Awal
Ajak atasan peserta, HR, atau pemilik bisnis terlibat sejak awal proses pelatihan. Mereka bisa membantu menetapkan ekspektasi dan indikator yang relevan. Selain itu, dukungan mereka juga penting agar hasil pelatihan bisa diterapkan di tempat kerja.
5. Wajib Follow-Up
Evaluasi tidak berhenti saat pelatihan selesai. Kamu bisa follow up dan cek ulang dalam 1–3 bulan ke depan untuk melihat apakah peserta benar-benar menerapkan ilmunya. Ini juga bisa jadi bahan pertimbangan untuk program pelatihan selanjutnya.
Baca juga: Training Kerja: Pengertian, Manfaat, dan Metode-Metodenya
Contoh Evaluasi Kirkpatrick Model
.webp)
Biar makin kebayang gimana cara pakai Kirkpatrick Model, yuk kita lihat contoh sederhananya. Misalnya, sebuah perusahaan mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi tim customer service. Evaluasinya bisa seperti ini:
- Level 1 – Reaction:
Setelah pelatihan selesai, peserta diminta isi form feedback. Hasilnya? Mayoritas merasa materinya menarik, relevan, dan disampaikan dengan cara yang mudah dipahami. - Level 2 – Learning:
Peserta mengikuti pre-test dan post-test. Nilai post-test meningkat 25%, artinya mereka memang menangkap materi baru selama pelatihan. - Level 3 – Behavior:
Dua bulan setelah pelatihan, supervisor mengamati bahwa anggota tim mulai lebih aktif mendengarkan pelanggan, menjawab dengan empati, dan lebih cepat menyelesaikan keluhan. - Level 4 – Results:
Dalam tiga bulan, jumlah keluhan pelanggan menurun 40%, dan tingkat kepuasan pelanggan meningkat. Ini menunjukkan pelatihan berdampak langsung ke hasil kerja tim. Dari sini kelihatan banget, kalau evaluasi dengan Kirkpatrick Model bisa bantu mengukur hasil nyata, bukan cuma nilai ujian atau absensi peserta.
Kesimpulan
Kirkpatrick Model adalah metode evaluasi pelatihan yang terdiri dari empat level: reaksi, pembelajaran, perilaku, dan hasil. Model ini membantu kamu melihat sejauh mana pelatihan yang diberikan benar-benar bermanfaat di dunia kerja.
Dengan mengikuti keempat tahapnya, kamu bisa tahu apakah peserta merasa pelatihannya relevan, apa saja yang mereka pelajari, apakah mereka menerapkan ilmunya di pekerjaan, sampai dampak akhirnya buat bisnis. Jadi, kalau kamu ingin program pelatihanmu lebih terarah dan berdampak nyata, Kirkpatrick Model bisa jadi panduan yang tepat untukmu.
Kirkpatrick Model bisa jadi acuan kamu untuk menilai seberapa efektif pelatihan yang sudah dijalankan. Setiap tahapnya, dari reaksi peserta sampai hasil nyata bagi bisnis, membantu kamu melihat pelatihan dari sudut yang lebih strategis.
Untuk mendukung proses ini, Belajarlagi hadir dengan program Corporate Training yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan perusahaanmu. Salah satu program andalannya adalah pelatihan soft skill, seperti leadership, communication skill, dan problem solving. Setiap program dirancang menggunakan pendekatan evaluasi dari Kirkpatrick Model, jadi hasilnya bisa langsung terukur dan nyata.
Yuk, daftar ke program Corporate Training dari Belajarlagi yang sudah menerapkan Kirkpatrick Model. Cari tahu lebih banyak di laman Belajarlagi dan temukan solusi terbaik untuk mengembangkan SDM perusahaan kamu!