9+ Cara Menulis Contoh Pengalaman Kerja di CV agar Dilirik HRD

Ayu Novia
8 Min Read
Published:
June 3, 2025
Updated:
June 3, 2025

Menulis contoh pengalaman kerja di CV itu gampang-gampang tricky. Salah nulis sedikit, bisa-bisa kamu kelewat kesempatan emas karena rekruter nggak paham kehebatanmu. Padahal, bagian inilah yang paling menentukan kamu layak dipanggil interview atau nggak.

Nah, biar kamu nggak asal tulis, di artikel ini kita akan bahas cara menulis pengalaman kerja di CV yang bukan cuma rapi dan jelas, tapi juga selling. Langsung aja kita bahas tuntas tips-tips detail yang harus kamu ketahui sebagai job seeker. Check it out!

Pentingnya Bagian Pengalaman Kerja di CV

Bayangin kamu lagi daftar kerja. HRD atau rekruter biasanya cuma punya waktu beberapa detik buat baca CV kamu. Nah, bagian pengalaman kerja itu yang paling pertama dan paling diperhatikan. Kenapa? Karena di situ mereka bisa langsung lihat:

  • Kamu pernah kerja di mana saja?
  • Apa saja yang kamu kerjakan di tempat sebelumnya?
  • Pernah menghasilkan dampak yang nyata atau tidak?
  • Apakah pekerjaannya relevan dengan posisi yang kamu lamar sekarang?

Pengalaman kerja berperan sebagai bukti nyata kalau kamu udah punya skill dan bisa bertanggungjawab sesuai job description untuk membedakan kamu dari pelamar lain.

Misalnya kamu menuliskan, “Menjadi admin media sosial dan berhasil menaikkan followers brand dari 3.000 jadi 10.000 dalam 3 bulan.” Itu jelas nunjukin kamu paham ranah pekerjaanmu dan punya performa untuk menghasilkan.

Buat yang belum punya pengalaman kerja formal, kamu juga bisa tulis pengalaman magang, freelance, organisasi, atau project. Asal kamu tulis dengan jelas, tetap bisa jadi nilai plus. Singkatnya, pengalaman kerja itu cara paling cepat buat nunjukkin kamu layak dipanggil interview.

Baca juga: 10 Cara Menulis dan Contoh Riwayat Pendidikan di CV

Cara Menulis Contoh Pengalaman Kerja di CV

contoh pengalaman di CV

1. Tulis dari yang terbaru ke terlama (Reverse chronological order)

Recruiter hanya menghabiskan rata-rata 7,4 detik untuk memindai satu CV. Selain itu, Beberapa recruiter menggunakan “reverse ATS scan”, yaitu sistem otomatis yang membaca CV kamu dari atas ke bawah dan mengutamakan informasi paling awal. Kalau kamu taruh pengalaman paling relevan di bawah, bisa-bisa nggak kebaca sama sistem.

Pengalaman terbaru di CV harus muncul duluan karena lebih relevan dengan kebutuhan sekarang. Bahkan kalau pengalaman itu cuma freelance 3 bulan terakhir, bobotnya bisa lebih kuat dibanding pengalaman kerja 3 tahun lalu.

Urutan terbaru ke terlama juga membantu menunjukkan alur pertumbuhan profesional kamu. Gimana kamu naik level, pindah arah karier, atau belajar skill baru. Contohnya:

UI/UX Designer – Freelance  

Des 2023 – Sekarang  

Mendesain mobile apps untuk fintech startup di Indonesia dengan Figma, Protopie, User Journey Mapping  

Junior Graphic Designer – Agensi XYZ  

2021 – 2023  

Membuat desain sosial media dan brand kit untuk 10+ klien  

Dari urutan ini, rekruter bisa membaca skenario bahwa dulunya kamu mendesain output statis, sekarang sudah ke arah UX dan user journey. Inilah yang memberikan kesan bahwa kamu aktif berkembang dan terasa penting di kondisi pasar kerja saat ini.

2. Jangan hanya tulis jabatan, jelaskan job description

Menuliskan jabatan saja nggak cukup karena satu posisi bisa punya puluhan versi pekerjaan tergantung perusahaannya. Misalnya, seorang “Customer Service” di startup digital bisa pegang chatbot dan CRM, tapi di perusahaan konvensional mungkin cuma jawab telepon. 

Gunakan format praktis ini: [Tugas atau Aksi] + [Tools/Metode] + [Hasil/Kontribusi]

Customer Service – PT X

2019 – 2021

  • Menangani 50+ tiket pelanggan setiap hari menggunakan Zendesk
  • Berhasil menurunkan waktu respon dari 3 jam menjadi 1 jam dalam 6 bulan
  • Melatih 2 staff baru tentang penggunaan CRM & komunikasi empatik

Hindari kalimat-kalimat terlalu umum seperti:

  • “Bertanggung jawab atas pemasaran digital”
  • “Mengurus konten media sosial”
  • “Membantu tim desain”

Coba ubah jadi lebih spesifik dan terukur:

  • Membuat strategi konten untuk Instagram, menghasilkan peningkatan engagement 70% dalam 3 bulan
  • Menulis 10+ artikel blog SEO per bulan, bantu tingkatkan traffic organik 2x lipat

3. Gunakan kata kerja aktif

Kata kerja aktif adalah kata yang menunjukkan bahwa kamu yang melakukan aksi tersebut. Bukan pasif, bukan “terlibat dalam” atau “membantu dalam,” tapi langsung to the point.

Contoh kurang tepat: 

  • Terlibat dalam pengelolaan media sosial tim
  • Membantu proses rekap data keuangan bulanan

Contoh tepat:

  • Mengelola dan menjadwalkan konten Instagram dan TikTok selama 6 bulan
  • Merekap dan menganalisis laporan keuangan bulanan menggunakan Excel

Berikut beberapa kata kerja aktif yang bisa kamu pakai tergantung bidang kerjamu:

Umum/multidisiplin:

  • Mengelola
  • Mengembangkan
  • Merancang
  • Mengimplementasikan
  • Menyusun
  • Menganalisis
  • Menjalankan

Kreatif dan konten:

  • Menulis
  • Mendesain
  • Membuat storyboard
  • Meningkatkan engagement
  • Mengedit

Teknis/IT:

  • Membuat kode
  • Menguji
  • Mengoptimalkan
  • Memperbaiki
  • Mengautomasi

Pendidikan/komunitas:

  • Mengajar
  • Membimbing
  • Menyusun kurikulum
  • Mengorganisasi acara
  • Meningkatkan partisipasi

Kalau kamu bingung mulai dari mana, coba format ini: Kata kerja aktif + Tugas spesifik + Tools (jika ada) + Hasil (jika ada)

Contoh:

  • Mengelola kampanye email marketing menggunakan Mailchimp dan meningkatkan open rate sebesar 25%
  • Menganalisis data penjualan harian untuk membantu pengambilan keputusan manajerial
  • Mengembangkan strategi konten untuk kampanye Ramadan yang berhasil meningkatkan traffic website sebesar 80%.

4. Kuantifikasi pencapaianmu dengan angka

Jangan cuma bilang kamu “berhasil meningkatkan sesuatu” atau “berkontribusi dalam tim.” Tanpa angka, kalimat itu bisa jadi terdengar seperti klaim kosong. Angka itu punya kekuatan untuk membuat klaim kamu jauh lebih kredibel.

Kamu nggak harus selalu punya angka besar. Yang penting, terukur dan relevan. Ini beberapa jenis angka yang bisa kamu masukkan:

  • % (persentase): Peningkatan penjualan, engagement, efisiensi waktu
  • Jumlah: Klien yang kamu tangani, produk yang kamu bantu jual, artikel yang kamu tulis
  • Frekuensi/waktu: Berapa kali kamu melakukan tugas tersebut? Dalam waktu berapa lama>
  • Skala proyek: Budget project, ukuran tim, jumlah audiens, jangkauan campaign

Kalau kamu magang atau kerja, minta insight dari tim atau supervisor. Jangan mengarang angka. Kalau tidak yakin, lebih baik tulis saja skala tugasnya tanpa detail statistik palsu. Kamu juga bisa ambil dari proyek pribadi atau volunteer. Misalnya: “Mengelola akun edukasi TikTok pribadi hingga mencapai 10K followers dalam 2 bulan.”

5. Pilih pengalaman relevan dengan kualifikasi lowongan

CV bertugas menampilkan kurasi terbaik dari pengalaman paling sesuai dengan posisi yang kamu lamar. Baca deskripsi lowongan baik-baik lalu cermati bagian “tanggung jawab” dan “kualifikasi.” 

Jangan cuma lihat judulnya. Tugas-tugas kecil yang kamu lakukan bisa jadi sangat relevan. Urutkan dari yang paling sesuai ke yang agak relevan. Kalau pengalamanmu banyak, cukup tampilkan 3–5 yang terbaik dan terdekat dengan posisi tersebut.

Ubah cara kamu menjelaskan pengalaman agar terasa relevan. Misalnya, jangan tulis:

“Menjadi panitia acara kampus”

Tapi ubah jadi:

“Mengatur strategi promosi acara kampus secara online dan menjangkau 500+ peserta via Instagram & TikTok.”

Relevansi bisa dibentuk lewat narasi. Kadang satu pengalaman bisa cocok ke beberapa posisi, tergantung cara kamu mendeskripsikannya.

Baca juga: 25+ Contoh Deskripsi Diri di CV: Tips dan Cara Membuatnya

6. Masukkan freelance, internship, atau side project

Banyak fresh graduate atau career switcher ngerasa minder karena belum punya pengalaman kerja tetap. Padahal, freelance nulis konten, magang di startup, atau bantu teman bikin branding untuk UMKM bisa ditaruh di bagian pengalaman kerja di CV. Yang penting, kamu bisa jelaskan peran, hasil, dan impact-nya secara profesional.

Banyak HR sekarang justru cari orang yang bisa kerja nyata di luar sistem formal. Mereka lebih peduli hasil dan skill kamu, bukan sebatas pengalaman kerja. Semua proyek ini bisa jadi amunisi buat wawancara dan bila disiapkan dengan serius bisa masuk portofolio yang lebih unggul ketimbang pengalaman kerja tetap.

Contoh:

Freelance Graphic Designer

Juli 2022 – Sekarang  

Mendesain materi branding untuk 8+ UKM lokal, termasuk logo, kemasan produk, dan feed media sosial.

7. Buat dalam format clean dan mudah dibaca

Gunakan font standar seperti Calibri, Helvetica, atau Arial. Hindari font yang terlalu dekoratif atau susah dibaca, karena HRD biasanya membuka banyak CV sekaligus dan penglihatan mereka cepat lelah.

Ukuran font harus pas, jangan terlalu kecil atau besar. Idealnya antara 10 sampai 12pt. Ukuran yang pas bikin teks tetap jelas tapi nggak makan tempat terlalu banyak.

Pakai bullet points untuk penjelasan pengalaman kerja. Jangan pakai paragraf panjang yang bikin mata capek. Bullet points membantu menyampaikan informasi secara ringkas dan langsung ke poin penting.

Beri jarak atau spasi antar bagian. Spasi yang cukup bikin CV nggak terlihat padat dan bikin pembaca nyaman. Kalau sudah selesai, simpan CV-mu dalam format PDF. Tujuannya agar format dan tata letak tetap rapi saat dibuka di komputer HRD yang berbeda-beda.

8. Tonjolkan pengalaman tanpa berbohong

Kamu perlu fokus menonjolkan hal-hal yang relevan dan positif dari pengalamanmu. Kalau ada bagian yang kurang menarik atau kurang cocok dengan posisi yang kamu lamar, kamu bisa memilih kata-kata yang lebih “halus” tanpa mengubah fakta inti.

Misalnya, kalau kamu pernah kerja di posisi yang sebenarnya nggak berhubungan langsung dengan job yang kamu incar, kamu bisa highlight tugas atau pencapaian yang sesuai.

Dengan memilih kata dan highlight yang tepat, kamu bisa tampil sebagai kandidat yang paham gambaran situasi di lapangan dan sudah siap menghadapi posisi tersebut.

9. Pakai bahasa profesional

Bahasa yang professional tidak perlu ribet atau terlalu formal, tapi harus tetap sopan, jelas, dan to the point. Hindari kata-kata slang, bahasa gaul, atau singkatan yang tidak umum dipakai di dunia kerja.

Tips ini bakal membuat kamu terlihat profesional dan siap kerja Bahasa yang tepat bikin HRD percaya kamu paham kultur dan etika kerja yang baik. Bahkan, bisa memudahkan HRD memahami pengalaman dan keahlian di CV kamu. Kalau bahasanya jelas, pesan kamu tersampaikan dengan baik. Simak contohnya:

  • Ganti kata “ngurusin” jadi “mengelola”
  • Jangan tulis “ngetik saja” lebih baik “menyusun dokumen” atau “menjalankan administrasi data”
  • Hindari kalimat seperti “kerjaan santai” atau “kerjaannya gampang”

10. Sertakan soft skill pada pengalaman kerja

Kadang kamu punya pengalaman yang nggak bisa dikuantifikasi angka, tapi berdampak besar secara teamwork, leadership, atau problem solving. Nah, kamu bisa menyisipkan soft skill yang terlihat lewat pekerjaan.

​​Banyak perusahaan percaya skill teknis bisa dipelajari, tapi attitude dan kemampuan interpersonal itu lebih mahal nilainya.

Contoh:

“Memimpin tim kecil berisi 4 orang untuk menyusun konten promosi Ramadan dan berhasil menyelesaikan semua materi dalam waktu 5 hari.”

Dari situ, HRD bisa melihat kamu punya jiwa kepemimpinan, kemampuan koordinasi, dan bisa bekerja dalam tekanan. Ingat, soft skill tetap penting, selama ditulis berdasarkan konteks yang kamu alami.

11. Cantumkan tools, software, atau platform yang kamu kuasai

Di era digital seperti sekarang, HRD nggak cuma ingin tahu kamu kerja ngapain—tapi juga pakai apa. Menyebutkan tools atau software yang kamu gunakan akan memberikan gambaran kemampuan teknis yang ada kaitannya dengan kebutuhan industri saat ini.

Ketimbang cuma menulis:

“Mengelola kampanye media sosial perusahaan”

Lebih baik tuliskan:

“Mengelola kampanye media sosial menggunakan Meta Business Suite dan menganalisis performa konten via Google Analytics & Hootsuite.”

Dengan menuliskan tools yang kamu kuasai kamu terlihat lebih siap pakai karena nggak perlu training panjang. HRD juga bisa langsung nyocokin dengan tools yang dipakai di perusahaannya.

12. Tulis pengalaman volunteering atau organisasi 

Buat kamu yang belum punya banyak pengalaman kerja formal, kegiatan organisasi, volunteering, atau komunitas juga bisa banget ditulis, asal dikemas sesuai kriteria di atas. Contoh:

Kepala Divisi Acara – BEM Fakultas Ekonomi

September 2021 – Juni 2022  

  • Mengorganisir seminar nasional yang dihadiri lebih dari 1.000 peserta.  
  • Berkoordinasi dengan 7 divisi untuk menyusun rundown dan logistik acara.  

Kesimpulan

Tips dan contoh pengalaman kerja di atas akan mendukungmu menyampaikan value diri secara profesional. Kamu nggak hanya menuliskan kata-kata profesional saja, tapi mampu menarik perhatian perusahaan untuk bantu kamu tingkatkan jenjang karier.

Nah, kamu bisa gali lagi potensi kredensialmu bersama program CertiHub by Belajarlagi. Eskalasi karier lewat program yang teruji dan resmi di berbagai bidang kerja masa kini. Ada tryout dan exams intensif untuk bantu raih tujuanmu sebagai job seeker idaman company! Yuk, konsultasikan kebutuhanmu dan daftarkan diri sekarang juga.

#
Karir
Belajarlagi author:

Ayu Novia

A Strategist and Copywriter with more than 3 years in the creative industry. Passionate in data-driven writing for various niches of content.

Temukan Hal Menarik dan Asyik Lainnya

Yuk, Langganan Newsletter Kami

Topik apa yang paling menarik untuk anda?
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
Cookie Consent

By clicking “Accept”, you agree to the storing of cookies on your device to enhance site navigation, analyze site usage, and assist in our marketing efforts. View our Privacy Policy for more information.