Risk management atau kita sebut pula sebagai manajemen risiko punya peran penting dalam menjaga stabilitas sebuah bisnis. Seperti kita tahu, dalam berbisnis pasti akan menghadapi banyak tantangan dan masalah. Tanpa persiapan yang tepat, bisnis dapat terancam goyang karena hal tersebut.
Oleh sebab itu, seorang pebisnis wajib menyiapkan manajemen risiko guna mencegah skenario paling buruk. Bukan sekadar menyiapkan, tetapi juga berkomitmen dalam melaksanakannya.
Kali ini kita akan belajar mengenai apa itu risk management, tujuannya, dan bagaimana prinsipnya. Buat pebisnis profesional, simak juga langkah-langkah menyusun manajemen risiko yang tepat. Yuk, cermati bareng-bareng!
Pengertian risk management
Bisnis tidak mungkin berjalan tanpa ada risiko. Banyak faktor dapat menjadi penghambat pertumbuhan bisnis. Sebut saja faktor ekonomi, faktor lingkungan, hingga persaingan dengan kompetitor. Tanpa adanya manajemen risiko, pebisnis bisa kepayahan dalam menghadapi hambatan tadi.
Risk management adalah bentuk dari suatu proses dalam mengidentifikasi, menilai, dan mitigasi ancaman yang dapat berdampak ke bisnis dan perusahaan. Pada awalnya, pebisnis harus menganalisis risiko apa saja yang mungkin muncul dan seperti apa dampaknya. Setelah itu, perusahaan butuh mengembangkan strategi guna meminimalisasi kerugian.
Harvard Business School menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki dan melaksanakan manajemen risiko punya peluang dua kali lebih besar dalam menumbuhkan bisnis. Itu artinya, manajemen risiko juga menjadi kunci penting dalam menjaga eksistensi sebuah bisnis.
Ada tiga alasan utama mengapa pebisnis mesti mengupayakan manajemen risiko:
- Adanya tekanan dalam pertumbuhan. Percepatan bisnis dan tingginya persaingan dapat berisiko memunculkan kerugian bagi perusahaan.
- Adanya tekanan budaya. Sering kali proses pengambilan keputusan dalam suatu masalah bisnis mengandung unsur konflik antar pemangku kepentingan.
- Adanya tekanan dalam manajemen informasi. Informasi mengenai masalah yang kurang akurat memicu pengambilan keputusan terpusat pada satu orang saja dalam perusahaan.
Tujuan risk management
Lalu, apa saja yang menjadi tujuan penting dari risk management? Beberapa tujuannya antara lain:
Menjaga reputasi perusahaan
Manajemen risiko secara khusus dapat menjaga citra dan reputasi bisnis jika terjadi suatu insiden atau konflik tertentu. Ambil saja contoh sebuah maskapai penerbangan mengalami keterlambatan hingga berjam-jam dan menjadi viral. Publik bisa saja serta merta memberi label buruk ke maskapai tersebut, sekalipun jelas faktor lingkungan jadi penyebab masalahnya.
Dengan menerapkan manajemen risiko, maskapai penerbangan tersebut dapat melakukan langkah tepat untuk mengatasi hal tersebut untuk mengembalikan reputasinya. Contohnya melalui pemberian kompensasi layak bagi penumpang.
Meminimalisasi kerugian
Kerugian jelas menjadi masalah besar yang tidak diinginkan pebisnis. Oleh sebab itu, manajemen risiko dapat membantu meminimalisasi kerugian. Biasanya ada tim khusus dalam sebuah bisnis yang bertugas untuk mencegah terjadinya kerugian besar dalam perusahaan.
Kita mesti pahami juga bahwa potensi kerugian tidak hanya bersumber dari faktor eksternal seperti menurunnya daya beli konsumen atau persaingan yang ketat. Ada kalanya faktor internal seperti konflik dan pelanggaran karyawan juga bisa memicu kerugian.
Maka, perusahaan butuh jeli menggali dan menakar risiko kerugian dari banyak aspek. Dari situ, perusahaan bisa menyusun manajemen risiko yang tepat untuk masing-masing kasus.
Mendorong pertumbuhan dan inovasi
Saat bicara tentang manajemen risiko, kita tidak hanya boleh membayangkan tentang hal-hal negatif. Dalam praktiknya, manajemen risiko mampu menjadi katalis dalam pertumbuhan bisnis, lho.
Dengan memahami risiko sedari awal, perusahaan dapat menetapkan kebijakan dan aturan yang lebih strategis guna menjaga eksistensi bisnis. Tidak jarang banyak ide-ide baru bisa muncul dari adanya pemahaman akan berbagai risiko.
Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
Terakhir, manajemen risiko sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan. Ada kerangka kerja terstruktur dalam mengambil keputusan dan sangat bermanfaat ketika diterapkan untuk menghadapi ancaman.
Orang-orang yang berwenang dalam mengambil keputusan dapat saling berdiskusi dan mengevaluasi rencana strategi sebelum mengeksekusinya. Dari sini, kita dapat simpulkan manajemen risiko berfungsi sebagai pengendali informasi agar tetap pada jalurnya.
Dengan begitu, keputusan yang diambil lebih tepat sasaran untuk mengatasi masalah.
Baca juga: Manajemen Krisis, Upaya Blue Bird Tetap Eksis di Tengah Taxi Online
Prinsip risk management
Setelah memahami apa itu risk management, sekarang kita lanjut mempelajari apa saja prinsip-prinsip di dalamnya:
- Integrasi. Upaya mengintegrasikan manajemen risiko ke semua divisi dan kegiatan perusahaan.
- Terstruktur dan komprehensif. Membuat pendekatan manajemen risiko secara terstruktur untuk menghasilkan manajemen risiko paling ideal.
- Penyesusian. Disusun dengan menyesuaikan kebutuhan perusahaan, termasuk mempertimbangkan dengan apa yang jadi tujuan bisnisnya.
- Inklusif. Dalam penyusunannya mesti melibatkan semua pemangku kepentingan secara bersamaan guna memahami berbagai persepsi dan pengetahuan yang bisa dimasukkan ke dalam manajemen risiko.
- Dinamis. Manajemen risiko tidak bisa selalu tetap tanpa perubahan. Dengan adanya perubahan dan pertumbuhan bisnis, sudah jelas manajemen risiko mesti mengikutinya.
- Menggunakan informasi terbaik. Kunci dari manajemen risiko adalah mengumpulkan informasi akurat mengenai masa lalu dan masa depan untuk menetapkan strategi terbaik di masa kini.
- Mempertimbangkan faktor manusia dan budaya. Dalam menyusun manajemen risiko, harus ada pertimbangan faktor manusia dan budaya. Dua hal itu tidak bisa lepas dari keberlangsungan sebuah bisnis.
- Mempraktikkan kebaikan berkelanjutan. Manajemen risiko harus bersifat berkelanjutan dalam pelaksanaannya. Dari situ perusahaan dapat banyak belajar bagaimana mempertahankan bisnis.

Buat perusahaan yang ingin menyiapkan manajemen risiko sebaik mungkin, yuk belajar dulu lewat Corporate Training dari Belajarlagi. Pelatihan risk management dari Belajarlagi akan memperlengkapi perusahaan dalam membuat manajemen risiko. Para karyawan bisa belajar bagaimana mengidentifikasi risiko hingga menganalisisnya.
Corporate Training dari Belajarlagi memiliki sistem pembelajaran yang seru dan interaktif. Karyawan dibekali materi-materi secara komprehensif, baik itu teori maupun praktik. Dengan instruktur yang berpengalaman, keterampilan dan pemahaman akan manajemen risiko dijamin akan meningkat.
Perusahaan juga bisa bekerja sama dengan Belajarlagi dalam menyusun kurikulum pelatihan risk management agar makin tepat sasaran. Untuk berkonsultasi atau mendalami tentang Corporate Training, bisa cek di website Belajarlagi, ya!
Tipe-tipe risiko dalam bisnis
Jika bicara dalam ruang lingkup bisnis, ada empat tipe risiko yang bisa kita pelajari:
Strategic risk
Jenis risiko ini muncul ketika sebuah perusahaan berjalan tanpa lagi sejalan dengan tujuan dan model bisnis. Akibatnya, strategi yang sebelumnya sudah ditetapkan tidak efektif dan perusahaan kesulitan mencapai tujuan bisnis.
Bayangkan ada toko ABC yang menjual produk cepat saji dengan harga terjangkau bagi karyawan biasa. Sementara, ada toko XYZ yang menjual produk serupa, tetapi dengan harga lebih tinggi bagi karyawan menengah ke atas. Jika nantinya toko XYZ menurunkan harga demi persaingan, maka ini menjadi risiko bagi toko ABC.
Compliance risk
Selanjutnya ada risiko kepatuhan atau biasa kita kenal sebagai risiko regulasi. Perusahaan yang tidak mematuhi aturan atau hukum yang berlaku berisiko mengalami kerugian tertentu. Itu sebabnya keberadaan compliance risk sangat penting.
Saat kebijakan internal tidak sejalan dengan aturan umum yang berlaku, tentu ada potensi perusahaan kena sanksi. Selain sanksi, ada juga bahaya berupa kerugian finansial hingga terhambatnya inovasi.
Misalnya, perusahaan DEF tidak memperbarui sertifikat halal padahal masa berlakunya sudah habis. Produk-produk yang sudah terlanjur di pasaran pasti akan dipaksa ditarik ulang karena tidak memenuhi regulasi yang ada.
Operational risk
Risiko ini muncul ketika kegiatan operasional harian dalam bisnis tidak berjalan dengan baik. Penyebabnya bisa bermacam-macam, contohnya kondisi internal sedang tidak baik, kegagalan sistem, peristiwa tak terduga seperti bencana, dan lain-lain.
Contoh praktisnya antara lain kerusakan mesin pengemas yang menghambat produksi, kesalahan produksi makanan karena tidak sesuai SOP, kesalahan proses transaksi, dan lain-lain. Sama halnya dengan yang lain, risiko operasional juga jelas akan menimbulkan kerugian bisnis bagi perusahaan.
Reputational risk
Ketika citra dan reputasi perusahaan menurun, atau bahkan hancur, maka risiko terbesarnya adalah kehilangan kepercayaan dari konsumen. Loyalitas pelanggan pasti menurun drastis. Risiko jenis ini biasanya muncul setelah muncul risiko-risiko lain sebelumnya.
Ibaratnya, kegagalan perusahaan dalam mengelola ancaman pasti akan berdampak besar ke reputasi. Maka, kesiapan akan risiko reputasi memang sangat dibutuhkan.
Baca Juga: 10+ Manfaat AI Corporate Training: Ada Daftar Materi yang Wajib Tahu!
Cara menyusun manajemen risiko dalam bisnis

Cara menyusun manajemen risiko bisa kita pelajari dari penjelasan berikut ini:
Tentukan apa yang paling penting
Sebelum menyusun manajemen risiko, pebisnis perlu menentukan dulu area mana saja yang ingin jadi sasarannya. Misalnya, risiko tentang keselamatan kerja, risiko kesehatan, atau risiko-risiko lainnya.
Beberapa hal yang bisa jadi pertimbangan misalnya: Cermati bagaimana isu sosial budaya saat ini, bagaimana kondisi tren ekonomi, bagaimana perkembangan teknologi, dan lain-lain.
Berkonsultasi dengan stakeholders
Rencana dalam penyusunan manajemen risiko juga butuh proses konsultasi dengan para pemangku kepentingan. Tujuannya agar perusahaan juga memperoleh umpan balik yang tepat sebelum manajemen risiko dijalankan.
Berdiskusi dengan pemangku kepentingan bisa memberikan pandangan mengenai mana risiko yang rendah dan tinggi, kerangka kerja risiko yang baik seperti apa, sampai menyatukan berbagai pandangan.
Identifikasi risiko
Inti dari manajemen risiko adalah mengidentifikasi risiko apa saja yang bisa muncul serta bagaimana itu terjadi. Untuk melakukan hal tersebut, kita perlu melakukan riset mengenai peristiwa di masa lalu, potensi masalah di masa depan, perubahan tren tertentu, dan lain-lain.
Kita dapat juga melakukan identifikasi risiko dengan melihat data survei, meninjau laporan audit, mendiskusikan masalah operasional, dan masih banyak lagi.
Analisis risiko
Dari banyak identifikasi risiko yang ada, selanjutnya kita menentukan mana yang paling mendesak. Dari situ, kita jadi tahu potensi risiko mana yang akan menjadi prioritas dalam penentuan strategi. Alhasil, penyiapan manajemen risiko pun lebih efektif dan tepat sasaran.
Evaluasi risiko
Dalam tahapan ini, kita menilai kadar risiko dan menetapkan tingkat di titik mana bisa diterima maupun tidak. Untuk melakukan evaluasi risiko, kita bisa membandingkan tingkat risiko dengan kejadian aktual yang pernah terjadi. Nantinya, kita diskusikan apakah sudah cukup memadai untuk menerima risiko itu atau tidak.
Berkomitmen pada manajemen risiko
Saat perusahaan punya komitmen tinggi pada manajemen risiko yang berkualitas, bisnis pun menjadi lebih stabil dan siap menghadapi ancaman tidak terduga. Setidaknya sudah ada strategi jelas dalam menghadapi potensi bahaya. Kemungkinan kerugian atau dampak buruk lain bisa dihindari.
Baca Juga: Training Kerja: Pengertian, Manfaat, dan Metode-Metodenya
Kesimpulan
Risk management penting untuk perusahaan siapkan dan lakukan demi menjaga kestabilan bisnis jangka panjang. Tanpa adanya risk management, ada banyak potensi ancaman yang bisa berdampak buruk ke bisnis. Mulai dari kerugian hingga rusaknya reputasi perusahaan.