Pernah bertanya-tanya kenapa satu produk bisa dipasarkan dengan cara berbeda ke kelompok orang yang berbeda juga? Atau kenapa iklan yang kamu lihat terasa sangat “kamu banget”, padahal temanmu melihat versi yang berbeda? Hal ini bukan kebetulan, tapi hasil dari strategi yang disebut dengan consumer segment.
Dalam dunia bisnis, memahami perilaku dan kebutuhan konsumen bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Tanpa strategi yang tepat dalam mengelompokkan konsumen, kampanye pemasaran bisa jadi kurang efektif dan tidak tepat sasaran. Inilah mengapa banyak brand besar (dan UMKM sekalipun) mulai fokus pada pendekatan yang lebih terarah terhadap segmen konsumennya.
Consumer segment adalah salah satu kunci penting untuk mengenali siapa sebenarnya target pasar kamu. Sebelum kita bahas lebih jauh soal pengertian, jenis-jenisnya, dan contoh penerapannya, yuk pahami dulu mengapa konsep ini penting!
Pengertian Customer Segmentation
Consumer segment adalah proses mengelompokkan konsumen ke dalam beberapa kategori berdasarkan karakteristik yang sama, agar bisnis dapat menyusun strategi pemasaran yang lebih tepat sasaran. Dengan mengenali karakteristik unik dari setiap kelompok konsumen, perusahaan bisa menyampaikan pesan, produk, atau layanan yang lebih relevan dan personal.
Melansir Shopify, dalam konteks B2C (business-to-consumer), segmentasi konsumen biasanya didasarkan pada faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, status pernikahan, lokasi tempat tinggal (urban, suburban, atau rural), hingga tahapan kehidupan seperti lajang, menikah, atau pensiun. Sementara itu, dalam B2B (business-to-business), segmentasi dilakukan berdasarkan industri, jumlah karyawan, lokasi perusahaan, atau riwayat pembelian sebelumnya.
Tujuan utama dari consumer segmentation adalah menciptakan pendekatan yang lebih terfokus dan efisien dalam menjangkau pasar. Dari memahami segmen konsumen secara mendalam, bisnis dapat meningkatkan efektivitas marketing, memperkuat loyalitas pelanggan, dan mendorong kenaikan sales.
Tujuan Customer Segmentation dalam Dunia Bisnis
Customer segmentation membantu bisnis mengenali siapa saja pelanggannya dan memahami apa yang mereka butuhkan. Dengan membagi pelanggan ke dalam kelompok-kelompok tertentu, strategi pemasaran bisa dibuat lebih terarah, efektif, dan terasa lebih personal.
Berikut beberapa tujuan utama dari customer segment adalah sebagai berikut.
- Membuat pesan pemasaran yang lebih relevan
Setiap kelompok pelanggan punya kebutuhan dan minat yang berbeda. Segmentasi memudahkan bisnis menyusun pesan yang sesuai dengan karakter mereka, jadi promosi terasa lebih nyambung dan tepat sasaran. - Menentukan saluran komunikasi yang tepat
Ada segmen pelanggan yang aktif di media sosial, ada juga yang lebih responsif lewat email. Segmentasi membantu memilih cara komunikasi paling efektif untuk menjangkau masing-masing kelompok. - Mengembangkan atau menyesuaikan produk
Dengan memahami kebutuhan setiap segmen, kamu bisa menciptakan produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada agar lebih sesuai dengan ekspektasi pelanggan. - Meningkatkan hubungan dengan pelanggan
Saat pelanggan merasa dimengerti, mereka cenderung lebih loyal. Segmentasi membantu bisnis memberi pengalaman yang lebih personal dan membangun hubungan jangka panjang. - Menguji strategi harga dengan lebih baik
Setiap segmen punya daya beli dan cara pandang terhadap harga yang berbeda. Segmentasi memungkinkan kamu mencoba strategi harga yang paling pas untuk tiap kelompok pelanggan. - Fokus pada pelanggan yang paling menguntungkan
Tidak semua segmen memberikan dampak yang sama. Dengan segmentasi, kamu bisa fokus mengembangkan hubungan dengan pelanggan yang paling potensial secara bisnis. - Meningkatkan layanan pelanggan
Segmentasi juga membantu tim customer service memahami konteks dan kebutuhan pelanggan dengan lebih baik, sehingga solusi yang diberikan bisa lebih tepat. - Maksimalkan peluang upselling dan cross-selling
Mengetahui kebutuhan spesifik tiap segmen membuka peluang untuk menawarkan produk tambahan yang memang relevan, baik sebagai pelengkap maupun sebagai peningkatan dari produk utama.
Baca juga: Customer Retention: Arti, Contoh, Formula (Terbaru)
Jenis-Jenis Customer Segmentation
Agar strategi pemasaran lebih tepat sasaran, kamu perlu tahu dulu bagaimana cara membagi konsumen ke dalam kelompok-kelompok yang sesuai. Nah, di sinilah pentingnya customer segmentation. Dengan mengenali jenis-jenisnya, kamu bisa menentukan pendekatan yang paling cocok untuk bisnis kamu.
Berikut beberapa jenis customer segmentation yang paling umum dan sering digunakan:
1. Segmentasi Demografis
Segmentasi ini merupakan jenis yang paling sering dipakai karena datanya mudah dikumpulkan. Segmentasi demografis membagi konsumen berdasarkan usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Misalnya, produk makeup untuk remaja tentu berbeda pendekatannya dibanding produk skincare untuk usia 30+.
2. Segmentasi Geografis
Segmentasi ini fokus pada lokasi tempat tinggal konsumen, seperti kota, provinsi, negara, hingga jenis wilayah (perkotaan, pinggiran, atau pedesaan). Misalnya, kamu bisa promosikan jaket di wilayah dingin dan pakaian ringan di wilayah tropis. Jenis segmentasi ini juga berguna untuk menyesuaikan bahasa, budaya, atau kebiasaan lokal.
3. Segmentasi Psikografis
Kalau yang satu ini lebih melihat gaya hidup, minat, nilai hidup, atau kepribadian konsumen. Contohnya, orang yang suka gaya hidup sehat cenderung tertarik dengan produk organik atau ramah lingkungan. Segmentasi psikografis membantu brand terhubung secara emosional dengan audiens yang punya value yang sama.
4. Segmentasi Perilaku (Behavioral)
Jenis ini membagi konsumen berdasarkan kebiasaan mereka saat berinteraksi dengan produk, seperti seberapa sering mereka belanja, jenis produk favorit, respons terhadap promo, atau tingkat loyalitas. Misalnya, pelanggan setia bisa diberi penawaran khusus atau reward supaya makin betah.
5. Segmentasi Firmografis (untuk B2B)
Khusus buat kamu yang menjalankan bisnis ke sesama perusahaan, segmentasi firmografis ini membagi pelanggan berdasarkan industri, ukuran perusahaan, lokasi, atau jumlah karyawan. Ini memudahkan kamu untuk menyesuaikan penawaran sesuai kebutuhan masing-masing jenis bisnis.
6. Needs-Based Segmentation
Need-based segmentation adalah salah satu jenis consumer segment yang membagi pasar berdasarkan kebutuhan dan alasan orang membeli produk, bukan sekadar umur, lokasi, atau jenis kelamin. Jadi, fokusnya bukan “siapa” pembelinya, tapi “kenapa” mereka membeli.
Misalnya, dua orang sama-sama beli sepatu lari, tapi satu karena ingin olahraga lebih serius, satunya lagi cuma cari sepatu nyaman buat jalan jauh tiap hari. Nah, meski kelihatannya mirip secara demografis, kebutuhan mereka beda banget, kan? Makanya, strategi pemasarannya juga harus beda biar lebih nyambung.
Cara dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dari riset, survei, atau bahkan wawancara langsung buat mengetahui apa yang benar-benar dibutuhkan pelanggan. Hasilnya? Brand bisa lebih tepat sasaran, bikin produk yang memang dicari, dan komunikasi pemasarannya juga jadi lebih personal.
7. Value-Based Segmentation
Selanjutnya, ada yang namanya value-based segmentation, yaitu cara membagi pelanggan berdasarkan seberapa besar nilai yang mereka bawa ke bisnis. Jadi, bukan cuma soal apa yang mereka butuhkan, tapi lebih ke arah seberapa menguntungkan mereka buat perusahaan. Misalnya, pelanggan yang sering beli dalam jumlah besar atau langganan terus-menerus bisa dianggap punya “value” tinggi dan jadi prioritas utama untuk dijaga.
Lewat pendekatan ini, kamu bisa lebih fokus membangun hubungan dengan pelanggan yang benar-benar berdampak besar ke bisnis. Strateginya pun bisa lebih personal, seperti memberikan penawaran eksklusif, program loyalti, atau pelayanan khusus yang bikin mereka makin betah.
Baca juga: Apa Itu CRM? Komponen, Tahapan, Fungsi, Contoh
Contoh Customer Segmentation
Untuk membangun strategi pemasaran yang lebih efektif, kamu bisa mulai dengan membagi konsumen ke dalam beberapa segmen. Nah, berikut ini contoh-contoh customer segment di Indonesia berdasarkan jenisnya:
1. Segmentasi Demografis

Segmentasi ini mengelompokkan konsumen berdasarkan data seperti usia, gender, penghasilan, pekerjaan, atau status pernikahan.
Contoh:
Sebuah brand fashion lokal seperti Berrybenka bisa menargetkan perempuan usia 25–35 tahun yang bekerja di kantor, dengan koleksi pakaian formal dan kasual yang modis. Sementara itu, brand buku seperti Gramedia Digital bisa membuat kampanye khusus untuk segmen orang tua, dengan mempromosikan buku anak atau buku parenting.
2. Segmentasi Geografis

Mengelompokkan konsumen berdasarkan lokasi tempat tinggal, seperti kota, provinsi, atau bahkan iklim daerah.
Contoh:
Brand makanan seperti GoFood bisa menyesuaikan promosi berdasarkan kota. Misalnya, promo makanan khas daerah seperti Pempek lebih sering ditampilkan untuk pengguna di Palembang, sementara Bakso Malang lebih populer di area Jawa Timur. Atau Erigo bisa memasarkan jaket tebal ke daerah pegunungan seperti Bandung atau Malang, dan mempromosikan pakaian ringan di kota seperti Makassar atau Denpasar.
3. Segmentasi Perilaku

Segmentasi ini berdasarkan kebiasaan belanja, frekuensi pembelian, atau interaksi konsumen terhadap produk.
Contoh:
Marketplace seperti Tokopedia atau Shopee sering memberikan promo eksklusif untuk pelanggan yang rutin berbelanja atau punya riwayat belanja di kategori tertentu. Misalnya, pengguna yang sering beli skincare akan mendapat voucher khusus dari brand kecantikan. Atau, pelanggan yang hanya beli shampoo bisa ditawari diskon bundle dengan conditioner dari brand seperti Scarlett atau Wardah.
4. Segmentasi Psikografis

Mengelompokkan konsumen berdasarkan gaya hidup, nilai hidup, dan minat.
Contoh:
Brand seperti Green Rebel menargetkan konsumen dengan gaya hidup sehat, vegetarian, atau yang peduli terhadap isu lingkungan. Atau Sociolla bisa menargetkan beauty enthusiast yang suka eksplorasi produk dan mengikuti tren kecantikan. Bahkan brand kopi lokal seperti Fore Coffee bisa menyesuaikan promo untuk anak muda yang suka nongkrong dan produktif di coffee shop.
5. Segmentasi Teknografis

Segmentasi ini fokus pada teknologi yang digunakan konsumen, seperti jenis perangkat, aplikasi favorit, atau saluran digital yang sering dipakai.
Contoh:
E-commerce seperti Blibli bisa mengirimkan notifikasi promo lewat push notification ke pengguna yang sering belanja lewat aplikasi mobile. Atau brand F&B seperti Chatime bisa mengirimkan notifikasi diskon melalui SMS hanya ke pelanggan yang sudah daftar program loyalti via aplikasi mereka. Kalau pelanggan lebih sering berinteraksi lewat Instagram, maka promosi akan lebih difokuskan di kanal tersebut.
6. Needs-Based Segmentation

Fokus pada alasan atau kebutuhan seseorang saat membeli produk.
Contoh:
- Dua orang beli vitamin C, yang satu untuk daya tahan tubuh, yang lainnya untuk pemulihan pasca sakit.
- Seseorang membeli sepatu lari untuk olahraga serius, sementara lainnya hanya untuk aktivitas santai harian.
7. Value-Based Segmentation

Segmentasi ini melihat nilai atau kontribusi pelanggan terhadap bisnis.
Contoh:
- Pelanggan yang rutin belanja besar setiap bulan bisa diberi akses eksklusif ke produk terbaru.
- Pelanggan pasif bisa diaktifkan kembali lewat program retensi atau campaign re-engagement.
Baca juga: 10+ Contoh Iklan Produk yang Menarik untuk Inspirasi Bisnis
Kesimpulan
Memahami customer segmentation adalah langkah penting dalam menyusun strategi bisnis yang lebih tepat sasaran. Dengan membagi konsumen ke dalam kelompok berdasarkan karakteristik tertentu, baik dari sisi demografis, geografis, perilaku, hingga psikografis, kamu bisa memberikan pengalaman yang lebih relevan dan personal kepada setiap pelanggan.
Consumer segment tidak hanya membantu meningkatkan efektivitas kampanye pemasaran, tapi juga mendorong loyalitas pelanggan, efisiensi biaya, dan pertumbuhan bisnis secara keseluruhan. Jadi, kalau kamu ingin bisnismu lebih terarah dan mampu bersaing di tengah pasar yang dinamis, saatnya mulai menerapkan strategi segmentasi konsumen yang tepat.
Kalau kamu atau perusahaanmu ingin lebih memahami consumer segment dan bagaimana cara menerapkannya secara strategis, pelatihan yang tepat bisa jadi langkah awal yang efektif. Belajarlagi menyediakan Corporate Training yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, termasuk pengembangan soft skill seperti decision making, communication skill, hingga leadership, yang sangat penting untuk mendukung tim dalam mengambil keputusan berbasis data pelanggan.
Dengan pembekalan yang tepat, tim kamu bisa lebih percaya diri dalam membaca segmentasi konsumen dan mengoptimalkan strategi pemasaran maupun pelayanan. Yuk, tingkatkan performa bisnis lewat program pelatihan dari Belajarlagi! Kunjungi laman resminya untuk informasi lengkap dan konsultasi training yang sesuai dengan kebutuhan perusahaanmu.