Customer retention adalah indikator kemampuan yang menandakan kalau produk atau jasamu bisa bikin customer repurchase. Pernah ngerasa pelanggan datang, beli sekali, terus nggak balik-balik? Atau udah capek promosi tapi penjualan tetap stagnan? Bisa jadi masalah utamanya bukan di promosi atau produknya, tapi di customer retention.
Bukan hanya istilah di dunia marketing, tapi fondasi penting untuk membangun bisnis yang nggak cuma ramai di awal, tapi tetap sehat dan bertumbuh. Yuk, kita bahas dari A–Z soal customer retention, mulai dari contoh hingga strategi cerdasnya di dunia digital marketing!
Pengertian Customer Retention
Customer retention adalah kemampuan sebuah bisnis untuk mempertahankan pelanggan agar mereka kembali membeli, menggunakan, atau berinteraksi dengan produk atau layanan kita secara berkelanjutan.
Tapi retention bukan cuma soal pelanggan yang balik untuk beli, ya. Kamu perlu menciptakan reason to return, mulai dari customer experience, kualitas layanan, sampai ikatan emosional antara brand dan pelanggan. Retention adalah hasil dari hubungan yang terjaga dan terus dikembangkan.
Retention juga bisa jadi indikator seberapa sehat dan sustainable bisnismu. Kalau pelanggan baru banyak tapi yang lama banyak kabur (churn), artinya ada yang salah, entah dari segi value, service, atau komunikasi.
Contoh Customer Retention

Berikut beberapa contoh customer retention yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari
- GoFood: Kenapa kamu terus-menerus pakai satu apps dibanding kompetitornya? Karena UX-nya familiar, promo personal, dan metode pembayaran tersimpan sebagai elemen retensi.
- Indomaret: Punya kartu member, after-sales chat, dan selalu menyapa dengan panggilan akrab. Walau terkesan sederhana, upaya ini bertujuan membangun emotional retention.
- E-commerce seperti Tokopedia: Mereka mengirimkan reminder belanja, rekomendasi produk berdasarkan histori belanja, bahkan menyediakan offer yang sangat relevan buat kamu sebagai strategi retensi berbasis data.
Baca juga: Intip Langkah Customer Relations ala HMNS Perfume
Keuntungan Customer Retention
1. Lebih hemat daripada akuisisi pelanggan baru
Mayoritas bisnis tahu bahwa biaya akuisisi pelanggan baru (Customer Acquisition Cost) itu mahal. Tapi yang jarang dipahami adalah seberapa besar potensi kerugian yang terjadi kalau retention diabaikan.
Mencari pelanggan baru berarti kamu harus investasi di iklan, content marketing, SEO, bahkan sales team. Itu semua butuh biaya besar dan waktu panjang untuk conversion. Tapi pelanggan lama sudah tahu brand-mu. Mereka sudah melewati fase trust sebagai loyal customer.
Kalau kamu punya data yang tepat, kamu bisa mendorong terjadinya repurchase dengan e-mail sederhana atau diskon kecil. Muncul situasi konversi tinggi dengan biaya rendah.
Pelanggan loyal biasanya punya conversion rate 60–70%, sementara pelanggan baru cuma sekitar 5–20%. Artinya, retention bukan sekadar murah, tapi juga jauh lebih efektif secara ROI.
2. Pelanggan loyal cenderung beli lebih banyak & konsisten
Customer nggak hanya kembali, tapi mereka juga meng-upgrade pembelian, mencoba produk baru, atau membeli lebih rutin.
Mengapa bisa begitu? Alasannya karena mereka sudah puas dengan pengalaman sebelumnya. Mereka sudah percaya dan tahu cara pakai produk/jasamu, jadi barrier untuk “beli lagi” jadi jauh lebih kecil. Bahkan secara psikologis, mereka merasa punya koneksi dengan brand kamu.
3. Promosi Word-of-Mouth (WoM) dari loyal customer
Satu pelanggan puas bisa mendatangkan banyak pelanggan baru tanpa kamu bayar sepeser pun. Kondisi ini disebut efek referral organik atau word of mouth marketing dan dampaknya jauh lebih kuat dibanding paid ads.
Pelanggan loyal cenderung merekomendasikan kamu secara emosional, dengan kata-kata yang relate, kontekstual, dan lebih dipercaya karena berdasarkan pengalaman pribadi.
Referral dari teman atau keluarga memiliki tingkat kepercayaan 4x lebih tinggi dibanding media iklan manapun. Bahkan pelanggan baru yang datang dari referral biasanya punya karakter loyal sejak awal.
4. Akses menuju insight untuk berinovasi
Retention tinggi berarti kamu punya basis pelanggan yang sering berinteraksi dan memberikan feedback, baik langsung maupun lewat pola perilaku digital (klik, durasi lihat, repeat order, dan sebagainya). Data dari loyal customer punya peran kuat karena:
- Bisa dibandingkan dari waktu ke waktu
- Relevan karena berasal dari pelanggan yang terbukti engage
- Praktis untuk dijadikan landasan eksperimen produk baru, fitur, harga, maupun konten.
Pelanggan lama bisa jadi “tester alami” yang sangat akurat. Ketimbang tebak-tebakan saat launching produk baru, kamu bisa libatkan mereka dalam uji coba dan validasi lebih awal.
5. Stabilitas bisnis jangka panjang dan revenue predictability
Retention yang baik menciptakan pola pembelian yang berulang dan bisa diprediksi. Ini sangat penting apalagi kalau kamu mengandalkan cashflow harian atau bulanan. Dengan pelanggan yang kembali, kamu bisa:
- Membuat proyeksi penjualan lebih realistis
- Mengatur stok dan logistik dengan lebih efisien
- Lebih percaya diri berinvestasi di pengembangan produk karena revenue dasar sudah “aman”
Banyak startup yang gagal bukan karena mereka tidak punya pelanggan, tapi karena churn rate-nya terlalu tinggi. Tanpa retensi yang sehat, pertumbuhan akan terus diisi “ember bocor” atau situasi ketika pelanggan datang kemudian hilang.
6. Meningkatkan brand equity dan positioning
Pelanggan loyal bukan cuma membantu kamu dari sisi profit, tapi juga dari sisi brand identity. Semakin banyak pelanggan yang terus bersama kamu, semakin kuat persepsi positif di mata publik.
Retention juga membantu kamu menjaga tone dan komunitas brand yang konsisten. Kamu nggak harus terus-menerus menggoda audiens baru yang mungkin belum mengenal kamu. Konsistensi audiens berdampak ke algoritma media sosial, organic search, dan social loyalty.
Formula Customer Retention
Buat kamu yang ingin mengukur seberapa bagus customer retention-mu, ini formula sederhananya:
Customer Retention Rate (CRR) = [(Jumlah Pelanggan di Akhir Periode – Pelanggan Baru) ÷ Jumlah Pelanggan di Awal Periode] x 100%
Contoh:
Awal bulan kamu punya 100 pelanggan. Di akhir bulan, jumlah pelanggan aktif 120, dengan 40 pelanggan baru.
Maka CRR = [(120–40)/100] x 100% = 80%
Artinya, 80% pelangganmu cenderung loyal selama periode tersebut berlangsung.
Baca juga: Yuk, Kenalan dengan Tanggung Jawab dan Tugas Customer Relationship Officer!
Cara Meningkatkan Customer Retention

Berikut beberapa cara strategis dan realistis yang bisa kamu mulai dari sekarang:
1. Kenali Customer Lifecycle Mapping
Customer retention bukan hanya soal menjaga pelanggan tetap datang, tetapi memahami kapan, bagaimana, dan alasan mereka berhenti repurchase.
Kebanyakan brand hanya melihat fase awal dan akhir (acquisition & churn), padahal ada fase penting di tengah seperti onboarding, nurturing, hingga reactivation. Dengan memahami customer lifecycle, kamu bisa menyusun strategi retensi yang tepat di tiap fase, misalnya:
- Mengirimkan tips setelah 3 hari pembelian pertama
- Reminder otomatis saat pelanggan tidak aktif selama 7 hari
- Loyalty discount saat pelanggan masuk fase rawan churn
Banyak churn terjadi bukan karena pelanggan nggak puas, tapi karena mereka lupa, terdistraksi, atau nggak merasa “dibutuhkan” lagi oleh brand.
2. Personalization bukan sekadar menyapa dengan nama
Kamu pasti sering dengar: “Personalisasi bikin pelanggan lebih engage.” Tapi kenyataannya, personalisasi yang dimaksud bukan cuma menyapa dengan nama. Personalisasi yang efektif bisa berupa:
- Rekomendasi produk berdasarkan histori pembelian
- Waktu pengiriman e-mail sesuai jam pelanggan biasa aktif
- Konten promosi yang disesuaikan dengan minat real-time
Pelanggan lebih cenderung membeli dari brand yang menawarkan pengalaman personal. Tapi hanya sedikit bisnis yang benar-benar leverage data secara real-time. Bahkan banyak yang masih menggunakan segmentasi statis dari data tahun lalu.
3. Bangun loyalitas lewat community, bukan diskon
Memang benar, diskon bisa bikin pelanggan kembali, tapi sifatnya jangka pendek. Kalau kamu ingin retention yang sehat dan bertahan lama, bangunlah komunitas atau ekosistem kecil di sekitar brand kamu.
Bentuknya bisa:
- User forum atau grup komunitas
- Challenge rutin dengan hadiah kecil
- Free sample untuk customer dengan lifetime buying di nominal tertentu
4. Investasi di customer support
Customer support sering dianggap biaya, bukan investasi. Padahal 90% pelanggan mengatakan keputusan mereka untuk tetap atau pindah brand dipengaruhi oleh kualitas layanan.
Tapi bukan cuma soal cepat respon. Support yang baik juga:
- Proaktif: menawarkan solusi sebelum diminta
- Empatik: memberikan jawaban dengan bahasa yang hangat
- Tersedia di banyak channel (chat, e-mail, DM, bahkan WhatsApp)
Banyak customer tetap diam walaupun kecewa dengan suatu experience. Mereka nggak komplain, tapi langsung pindah ke kompetitor. Kita harus bisa peka dengan kemungkinan tersebut.
5. Gunakan data untuk memprediksi dan mencegah churn
Daripada tunggu pelanggan hilang, gunakan data analitik untuk mendeteksi pola churn lebih awal. Beberapa tanda red flag yang bisa kamu lacak, yaitu :
- Penurunan frekuensi pembelian
- Tidak membuka e-mail / push notification
- Cart abandonment berulang
- Lama tidak login / interaksi dengan produk
Dengan data ini, kamu bisa lakukan intervensi cepat seperti:
- Kirim re-engagement e-mail
- Tawarkan konsultasi gratis atau kode promo
- Survey pendek untuk tahu masalahnya
Banyak tools gratis seperti Google Analytics, Mailchimp, atau Hotjar bisa dipakai untuk memprediksi customer behavior berdasarkan data.
6. Buat loyalty program yang punya kesan eksklusif
Program loyalitas yang sukses bukan hanya “kumpulin poin = diskon”, tapi memberikan value emosional dan eksklusivitas. Contoh loyalty program yang bisa diadaptasikan pada brand:
- Akses produk pre-launch
- Invitation ke intimate event
- Limited stock PR package
- Reward yang diberikan setelah customer mengisi feedback
7. Konsisten jaga brand experience di seluruh channel
Kamu mungkin punya customer journey yang keren di website, tapi apakah experience-nya sama ketika mereka menghubungi customer service? Atau saat beli lewat marketplace?
Inconsistency ini bikin pelanggan bingung dan menurunkan trust. Pastikan semua touchpoint, baik visual, tone komunikasi, maupun service, bisa menghasilkan experience yang memuaskan.
8. Proaktif untuk mengedukasi pelanggan
Bantu pelanggan memahami produk kamu lebih dalam. Banyak pelanggan churn karena mereka merasa produk tidak relevan, padahal mereka belum paham maksimal cara pakainya. Sistem edukasi bisa berupa:
- e-mail onboarding step-by-step
- Partnership dengan ahli melalui live video event
- Web class atau sesi konsultasi mingguan gratis
Kesimpulan
Customer retention adalah pendekatan jangka panjang yang bikin bisnis kamu bertumbuh secara organik, hemat biaya, dan makin dicintai pelanggan. Kalau selama ini kamu terlalu sibuk cari traffic dan leads baru, sekarang saatnya mulai membangun relasi yang sudah kamu punya.
Kalau kamu ingin punya pemahaman lebih dalam soal customer journey, retensi, dan strategi digital disertai praktik langsung, daftarkan dirimu ke Full Stack Digital Marketing dari Belajarlagi. Materi disusun mengikuti kondisi marketing masa kini dan akses terbuka penuh menuju komunitas. Yuk, amankan seat kamu sekarang!