Belajar sebenarnya tidak hanya terjadi di ruang kelas atau saat membuka buku pelajaran. Setiap hari, kita sering kali mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru dari pengalaman hidup, baik melalui percakapan, tantangan yang dihadapi, hingga aktivitas sehari-hari yang tampak sederhana. Proses inilah yang dikenal sebagai pendidikan informal.
Tanpa adanya jadwal, kurikulum, atau struktur pembelajaran yang resmi, pendidikan informal justru memberikan banyak pelajaran penting yang sangat relevan dengan kehidupan nyata. Kita bisa belajar tentang cara berkomunikasi, bekerja sama, menyelesaikan masalah, bahkan memimpin—semuanya melalui interaksi dan pengalaman langsung.
Kali ini, kami akan mengajak kamu untuk mengenal lebih jauh apa itu pendidikan informal, ciri-cirinya, serta contoh-contoh nyatanya yang mungkin selama ini sudah sering kamu alami, tapi belum kamu sadari sebagai proses belajar.
Apa Itu Pendidikan Informal?
Pendidikan informal adalah proses belajar yang terjadi di luar sekolah atau kampus. Tidak seperti sekolah yang punya jadwal, kurikulum, dan aturan, pendidikan informal jauh lebih bebas. Kamu bisa belajar apa saja, kapan saja, dan sesuai minat kamu.
Walaupun terlihat lebih santai dan fleksibel, pendidikan informal tetap punya peran besar dalam membentuk pengetahuan, kemampuan, dan sikap seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan informal adalah kegiatan belajar yang berlangsung di lingkungan keluarga dan sekitar, serta dilakukan secara mandiri. Asyiknya lagi, hasil dari pendidikan informal tetap bisa diakui secara resmi, asalkan kamu lulus ujian yang sesuai standar nasional.
Baca Juga: 12 Contoh Pengalaman Organisasi dalam CV Lamaran Kerja
Ciri Pendidikan Informal
Pendidikan informal punya keunikan yang membedakannya dari pendidikan formal dan nonformal. Yuk, kenali apa saja ciri khas dari jenis pendidikan ini!
- Tidak Terikat oleh Waktu dan Tempat
Salah satu keunggulan pendidikan informal adalah sifatnya yang fleksibel. Proses belajar bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, sesuai dengan kenyamanan dan kebutuhan masing-masing individu. Contohnya, seseorang bisa mempelajari topik sejarah hanya dengan menonton dokumenter di rumah.
- Tidak Mengikuti Struktur Resmi
Berbeda dengan pendidikan formal yang memiliki kurikulum dan sistem pembelajaran yang teratur, pendidikan informal cenderung lebih bebas. Pembelajaran bisa terjadi melalui percakapan sehari-hari, pengalaman pribadi, atau aktivitas spontan lainnya. Meski tanpa struktur yang kaku, proses belajar ini tetap bermanfaat dan relevan dengan kehidupan nyata.
- Berbasis Partisipasi Aktif
Pendidikan informal mendorong individu untuk terlibat langsung dalam proses belajar. Artinya, seseorang mengambil inisiatif sendiri untuk mencari informasi, mencoba hal baru, dan belajar dari pengalaman. Misalnya, seseorang belajar keterampilan baru dengan langsung mempraktekkannya tanpa harus mengikuti pelatihan formal.
- Sumber dan Bentuknya Beragam
Pembelajaran dalam pendidikan informal bisa berasal dari berbagai media dan aktivitas seperti membaca buku, menonton video tutorial, mengikuti kegiatan komunitas, atau berdiskusi dengan orang lain. Keragaman ini memungkinkan setiap orang memilih metode belajar yang paling sesuai dengan gaya dan kebutuhannya.
- Mendukung Pembelajaran Sepanjang Hayat
Pendidikan informal menekankan pentingnya belajar secara terus-menerus. Belajar tidak berhenti setelah lulus sekolah atau kuliah, melainkan berlangsung sepanjang hidup. Ini sangat penting untuk membantu individu terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman.
Dengan ciri-ciri ini, pendidikan informal cocok banget buat kamu yang suka belajar secara bebas, sesuai dengan minat dan gaya kamu sendiri!
Baca Juga: 40 Contoh Literasi Digital di Perusahaan, Sekolah, dan Masyarakat
Contoh Pendidikan Informal
.webp)
1. Kursus atau Bimbingan Belajar
Kursus dan bimbingan belajar (bimbel) adalah bentuk pendidikan informal yang paling sering dijumpai. Program ini dirancang untuk membantu kamu mempelajari keterampilan tertentu secara lebih fokus dan praktis. Misalnya, kamu bisa ikut kursus bahasa asing, desain grafis, menjahit, akuntansi, hingga coding.
Biasanya durasi belajarnya lebih singkat dibanding pendidikan formal, dan waktu belajarnya fleksibel, karena bisa di malam hari atau akhir pekan. Siapa pun bisa ikut, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Tujuannya lebih ke peningkatan kemampuan atau persiapan ujian tertentu. Materi yang diberikan juga disesuaikan dengan kebutuhan peserta, jadi nggak heran kalau kursus sangat diminati oleh mereka yang ingin upgrade skill dalam waktu cepat.
2. Homeschooling (Belajar di Rumah)
Homeschooling adalah metode pendidikan di mana kamu akan melakukan pembelajaran di rumah, bukan di sekolah formal. Dalam sistem ini, orang tua atau wali berperan sebagai pengajar utama atau memfasilitasi guru pendamping yang datang ke rumah atau melalui platform online.
Homeschooling jadi alternatif yang dipilih karena berbagai alasan—misalnya, kondisi kesehatan anak, metode belajar yang lebih personal, atau alasan ideologis tertentu. Kurikulumnya bisa mengikuti standar nasional atau disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak. Meski dilakukan di rumah, anak tetap bisa mengikuti ujian kesetaraan seperti Paket A, B, atau C untuk mendapatkan pengakuan setara sekolah formal.
Homeschooling berada di antara pendidikan formal dan informal, karena tetap ada struktur dan tujuan pendidikan, tapi fleksibilitasnya jauh lebih tinggi.
3. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
TPA adalah tempat di mana anak-anak belajar membaca dan memahami Al-Qur’an sejak usia dini. Biasanya kegiatan ini dilakukan di masjid atau mushola pada sore hari atau akhir pekan.
TPA termasuk pendidikan informal karena tidak memiliki jenjang seperti sekolah dan tidak menerapkan kurikulum nasional. Materinya fokus pada pembelajaran agama, seperti membaca huruf hijaiyah, hafalan surat pendek, dan penanaman nilai-nilai Islam.
Meski terlihat sederhana, TPA punya peran penting dalam membentuk karakter anak dan menanamkan nilai spiritual sejak kecil. Orang tua pun sering terlibat dalam mendampingi anak selama proses belajar.
4. Pesantren
Pesantren adalah lembaga pendidikan nonformal berbasis agama Islam yang sudah lama menjadi bagian penting dari sistem pendidikan di Indonesia. Di pesantren, para santri (sebutan untuk siswa) tinggal dan belajar di lingkungan asrama, di bawah bimbingan seorang kyai atau ustadz.
Pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama, seperti tafsir, fiqih, dan hadits, tetapi juga banyak yang sudah menggabungkan pendidikan umum dan keterampilan hidup. Para santri belajar hidup mandiri, bertoleransi, dan memiliki karakter kuat melalui keseharian di pesantren.
Bentuk pendidikan ini menanamkan nilai moral dan spiritual yang kuat, dan meski tidak sepenuhnya mengikuti sistem pendidikan formal, banyak pesantren kini memiliki kurikulum yang terintegrasi dengan sistem nasional.
5. Organisasi Relawan
Organisasi relawan seperti kelompok tanggap bencana, komunitas lingkungan, atau gerakan sosial juga menjadi tempat belajar yang tidak kalah penting. Melalui kegiatan sukarela, anggota belajar langsung di lapangan—bagaimana cara bekerja sama, mengambil keputusan cepat, dan membantu masyarakat yang membutuhkan.
Belajar dalam organisasi relawan sangat praktis dan nyata. Misalnya, ketika membantu korban bencana, kamu akan belajar mengelola logistik, komunikasi darurat, hingga manajemen emosi. Pengalaman seperti ini tidak diajarkan di sekolah, tapi sangat berharga untuk pengembangan diri.
6. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
LSM adalah organisasi yang didirikan oleh individu atau kelompok yang punya kepedulian terhadap isu sosial, lingkungan, atau pendidikan. Kegiatan LSM seringkali melibatkan pelatihan, seminar, penyuluhan, atau advokasi di masyarakat.
Misalnya, ada LSM yang fokus mendidik masyarakat tentang pentingnya sanitasi, pemberdayaan perempuan, atau pendidikan anak-anak jalanan. Proses belajarnya terjadi secara informal, langsung di lapangan, dan sering disesuaikan dengan kondisi lokal.
Meskipun tidak ada ijazah yang diberikan, ilmu dan pengalaman yang diperoleh dari LSM sangat berharga, terutama dalam membentuk kepedulian sosial dan kemampuan berorganisasi.
7. Belajar secara Mandiri
Belajar nggak selalu harus dipandu guru atau instruktur. Pembelajaran mandiri adalah proses ketika seseorang memilih untuk belajar sendiri, dengan ritme dan cara yang sesuai dengan kebutuhannya. Kegiatan ini bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, tanpa terikat aturan kelas atau kurikulum tertentu.
Contohnya, ketika seseorang membaca buku pengembangan diri, atau belajar bahasa asing lewat aplikasi seperti Duolingo juga jadi bukti nyata bahwa belajar bisa dilakukan dengan cara yang fleksibel dan sesuai minat pribadi.
Kamu lebih bebas dalam memilih topik yang paling dibutuhkan, belajar sesuai waktu yang kamu punya, dan menyesuaikannya dengan gaya belajar masing-masing.
8. Keluarga
Keluarga adalah sekolah pertama bagi setiap orang. Dari keluarga, anak belajar banyak hal sejak usia dini seperti berbicara, bersikap sopan, mengenal nilai baik dan buruk, serta memahami aturan-aturan dasar dalam hidup.
Pendidikan dalam keluarga berlangsung secara alami, tidak pakai kurikulum, tapi justru menjadi dasar dari pembentukan karakter dan kepribadian. Orang tua, kakak, atau anggota keluarga lainnya menjadi guru pertama dalam hidup anak, meski tanpa gelar atau pelatihan mengajar.
9. Lingkar Pergaulan
Lingkar pergaulan, seperti teman sebaya, sahabat dekat, atau kelompok hobi, juga termasuk dalam pendidikan informal. Melalui interaksi sehari-hari, kita belajar cara menghargai pendapat, menyelesaikan konflik, membangun empati, dan memahami perbedaan.
Belajar dari pergaulan sangat penting karena di sinilah kita sering mendapat pengalaman nyata yang membentuk cara berpikir dan bersikap. Selain itu, lingkungan pertemanan juga bisa jadi motivasi untuk berkembang, belajar hal baru, atau bahkan membuka peluang kerja dan kolaborasi.
10. Pengajian
Pengajian adalah salah satu bentuk pendidikan informal yang sudah sangat umum di masyarakat Indonesia, khususnya bagi umat Muslim. Pengajian biasanya diadakan rutin di masjid, rumah warga, atau majelis taklim, baik untuk ibu-ibu, bapak-bapak, atau remaja.
Di pengajian, para peserta belajar memahami isi Al-Qur’an, hadis, akhlak, dan nilai-nilai agama lain yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatannya bersifat santai, tidak ada ujian atau target akademis, tapi dampak ilmunya sangat terasa dalam kehidupan sosial dan spiritual.
Selain jadi sarana belajar, pengajian juga mempererat hubungan antarwarga dan menjadi tempat berbagi pengalaman hidup.
11. Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga bisa jadi salah satu tempat belajar informal. Di sini, seseorang belajar melalui interaksi sosial, menyerap nilai-nilai budaya, dan memahami cara beradaptasi dengan berbagai jenis orang.
Misalnya, anak belajar cara berkomunikasi dengan tetangga, mengikuti tradisi lokal, atau ikut kegiatan gotong royong. Semua itu membentuk kecerdasan sosial dan kemampuan seseorang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
12. Partai Politik
Meskipun tidak identik dengan dunia pendidikan, partai politik bisa menjadi media pembelajaran informal. Di sini, para anggotanya belajar soal ideologi, cara berorganisasi, strategi kampanye, hingga bagaimana berperan dalam sistem demokrasi.
Pembelajaran berlangsung lewat pengalaman langsung seperti mengikuti rapat, diskusi, pelatihan internal, dan kegiatan sosial. Nilai-nilai yang dibentuk juga mencerminkan ideologi partai dan cita-cita bersama.
Partai politik memberikan ruang bagi anggotanya untuk berkembang dalam aspek kepemimpinan, komunikasi politik, serta kemampuan memahami dinamika sosial masyarakat.
Nah, itulah berbagai contoh pendidikan informal yang ternyata sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Meskipun tidak terikat pada kurikulum sekolah atau perkuliahan, jenis pendidikan ini tetap punya peran penting dalam membentuk keterampilan, karakter, dan pengetahuan seseorang.
Karena sifatnya yang fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan, pendidikan nonformal dan informal justru sering menjadi cara paling efektif untuk mengembangkan diri, terutama di era yang terus berubah seperti sekarang. Mulai dari ikut kursus, aktif di komunitas, sampai belajar dari lingkungan sekitar, semuanya bisa jadi bekal berharga untuk masa depan.
Kalau kamu ingin menjadikan pengalaman belajarmu lebih diakui dan punya dampak langsung untuk karir, kamu bisa mempertimbangkan mengikuti program sertifikasi profesi dan bootcamp dari Belajarlagi. Sertifikasi bisa menjadi bukti konkret atas kemampuanmu di mata dunia kerja, dan membuka lebih banyak peluang ke depannya.
Atau jika kamu ingin memulai dari awal, mendalami bidang baru, dan belajar langsung dari mentor berpengalaman, kamu bisa ikut bootcamp intensif yang kami sediakan. Materi pembelajaran dirancang praktis, sesuai kebutuhan industri, dan cocok untuk kamu yang ingin berkembang dengan cepat dan terarah.
Daftarkan dirimu sekarang dan mulai perjalanan belajarmu dengan lebih terstruktur, jelas, dan diakui secara profesional. Saatnya upgrade kemampuan dan pengetahuan bersama program Sertifikasi Profesi dan Bootcamp Bersertifikat. Belajar tidak harus rumit, yang penting ada kemauan dan konsistensi.