Berpikir Kritis: Arti, Aspek, dan Karakteristiknya (Baru)

Belajarlagi Writer
8 Min Read
Published:
July 7, 2025
Updated:
November 1, 2025

Berpikir kritis adalah skill yang bisa bikin kamu menonjol di dunia karier 2025. Pernah nggak sih kamu baca berita, terus merasa ada yang "nggak nyambung" atau terlalu dibesar-besarkan? Atau waktu kerja kelompok, kamu jadi satu-satunya yang mempertanyakan apakah solusi yang diajukan benar-benar efektif?

Di artikel ini, kita bakal bahas pengertian berpikir kritis secara umum dan menurut para ahli, aspek-aspek penting yang menyusunnya, karakteristik orang yang berpikir kritis, serta manfaatnya di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.

Pengertian Berpikir Kritis Secara Umum

Critical thinking adalah seni untuk menganalisis dan mengevaluasi pemikiran dengan gagasan untuk memperbaikinya.

Sederhananya, berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara logis, objektif, dan mendalam dalam menganalisis informasi atau memecahkan masalah. Bukan cuma asal menilai atau ikut-ikutan, tapi kamu harus benar-benar mempertimbangkan fakta, konteks, dan kemungkinan lain sebelum mengambil keputusan.

Berpikir kritis bukan soal jadi tukang debat atau skeptis terhadap segala hal. Justru, orang yang berpikir kritis mampu menilai suatu pernyataan tanpa langsung percaya atau menolak, tapi lewat pertimbangan yang masuk akal dan relevan.

Pengertian Berpikir Kritis Menurut Ahli

Berpikir kritis bukan sekadar bakat alami, melainkan keterampilan yang bisa dan harus dikembangkan. Biar makin paham dengan asal-usulnya, simak juga definisi berpikir kritis menurut para ahli, yaitu:

  • Robert Ennis: Berpikir kritis adalah proses berpikir yang masuk akal dan reflektif, yang difokuskan untuk memutuskan apa yang harus dipercaya atau dilakukan.
  • Richard Paul dan Linda Elder: Menyebut berpikir kritis adalah sebagai seni menganalisis dan mengevaluasi pemikiran dengan tujuan meningkatkan kualitasnya.
  • Edward Glaser: Berpikir kritis mencakup tiga hal, yaitu sikap berpikiran secara terbuka, pengetahuan tentang metode penalaran logis, dan keterampilan menerapkannya secara efektif dalam membuat keputusan.

Aspek-Aspek Berpikir Kritis

Aspek-Aspek Berpikir Kritis

Ada beberapa elemen utama yang membuat proses berpikir kita tergolong "kritis", bukan sekadar reaktif atau impulsif:

1. Analisis

Analisis adalah kemampuan untuk membedah suatu informasi atau masalah menjadi bagian-bagian kecil agar lebih mudah dipahami. Ketika kamu menerima informasi, kamu nggak cuma menerimanya mentah-mentah, tapi mengevaluasi bagian-bagian penting di dalamnya.

Contoh sederhana saat kamu membaca artikel di media sosial soal diet tertentu, coba perhatikan dulu apakah penulisnya ahli gizi? Apakah datanya dari jurnal kredibel atau sekadar opini pribadi? Tujuannya supaya kamu nggak mudah percaya sama info yang misleading.

2. Interpretasi

Merupakan kemampuan menafsirkan informasi sesuai konteks. Artinya, kamu bisa memahami maksud, makna tersirat, dan relevansi suatu data atau pernyataan. Kamu ikut memahami latar belakang, nilai-nilai budaya, atau sudut pandang yang membentuk suatu argumen.

Misalnya, kalau kamu kerja dengan sekumpulan tim lintas negara, kata “priority” di email rekan kamu dari Eropa bisa berarti hal yang benar-benar mendesak. 

Tapi dari sisi kamu, mungkin artinya masih bisa diprioritaskan setelah task yang sedang dikerjakan benar-benar selesai. Kemampuan interpretasi akan membantumu menghindari miskomunikasi seperti ini.

3. Evaluasi

Aspek ini berarti kamu mampu menilai seberapa kuat argumen atau bukti yang diberikan. Kamu bisa mengidentifikasi apakah sesuatu itu logis, masuk akal, punya dasar data yang kredibel, atau justru mengandung bias. Ini penting untuk menapis informasi palsu atau opini yang menyesatkan.

Dalam diskusi kerja, kalau rekanmu menyarankan solusi A karena “semua startup sukses pakai cara itu”, kamu bisa melakukan evaluasi: Apakah itu benar didukung oleh data? Atau cuma generalisasi karena startup tersebut sedang viral dibahas? Evaluasi membuat kamu lebih cermat untuk menggali data dan kebenaran di lapangan.

4. Inferensi

Kemampuan ntuk menarik kesimpulan dari data atau informasi yang tersedia, bahkan ketika datanya belum lengkap 100%. Kesimpulannya harus tetap logis dan bisa dipertanggungjawabkan, bukan sekadar asumsi tanpa dasar.

Contohnya jika kamu melihat fenomena pelanggan berhenti langganan suatu layanan setelah harga naik. Kamu bisa menginferensikan bahwa ada korelasi antara harga dan loyalitas, walau kamu belum tahu semua alasannya. Inilah aspek penting yang harus dipraktikkan saat kamu harus ambil keputusan cepat dengan data terbatas.

5. Penjelasan (Eksplanasi)

Kemampuan menjelaskan ide atau argumen secara runtut dan jelas. Bukan sekadar menyampaikan pendapat, tapi juga menunjukkan alasan kamu berpikir seperti itu, dasar logikanya, dan serta langkah-langkah konkret agar bisa sampai pada kesimpulan tersebut.

Aspek ini berguna saat kamu pitching ide, presentasi proyek, atau menjawab pertanyaan dari stakeholder. Seseorang yang bisa menjelaskan argumennya dengan baik akan lebih dipercaya dan dianggap kredibel. Apalagi kalau kamu bisa menjelaskan ke orang yang awam sekalipun.

6. Refleksi Diri (Self regulation)

Melalui refleksi diri berarti kamu sadar bahwa cara berpikirmu bisa salah, dan kamu terbuka untuk mengoreksi diri sendiri. Kamu mengakui kemungkinan adanya bias, asumsi pribadi, atau kesalahan logika dalam pikiranmu.

Orang dengan refleksi tinggi nggak mudah terjebak pada ego. Mereka berani mengubah pendapat saat ada informasi baru. Dalam kerja tim, ini bikin kamu jadi orang yang fleksibel, dewasa, dan dihargai karena kamu lebih fokus pada kebenaran, bukan pembenaran atas pendirian pribadi.

Baca juga: 12+ Karakteristik Critical Thinking, Apa Saja?

Karakteristik Orang yang Berpikir Kritis

Berikut beberapa ciri khas orang yang terbiasa berpikir kritis:

1. Skeptis bukan sinis

Orang yang berpikir kritis cenderung tidak langsung percaya pada informasi yang mereka terima. Tapi hati-hati, ini bukan berarti mereka sinis atau negatif. 

Mereka punya kebiasaan untuk memeriksa, membandingkan, dan mengecek ulang informasi sebelum menerimanya sebagai kebenaran. Mereka mempertanyakan dengan cara yang sopan dan konstruktif. 

2. Terbuka pada perspektif lain

Salah satu ciri paling kuat dari pemikir kritis adalah kemampuan menerima sudut pandang orang lain tanpa bersikap defensif. Mereka paham bahwa setiap orang punya konteks dan pengalaman berbeda yang bisa memperkaya cara pandang terhadap masalah.

Mereka juga tidak merasa pendapatnya harus selalu benar. Sebaliknya, mereka menikmati diskusi terbuka dan bisa mengubah opini ketika argumen lawan ternyata lebih masuk akal.

3. Tertib dalam berpikir

Pemikir kritis cenderung menyusun pemikirannya lewat alur yang jelas. Saat menghadapi masalah, mereka bisa mengurai kompleksitas jadi langkah-langkah yang bisa di-follow up.

Mereka mampu menyusun logika, menimbang informasi, dan menyusun argumen tanpa terburu-buru atau melompat kesimpulan. 

Struktur berpikir seperti ini juga mencerminkan kedisiplinan intelektual. Mereka mampu membedakan antara hal yang penting dan tidak, sehingga tidak mudah terdistraksi oleh noise atau emosi sesaat.

4. Rasional dan objektif

Mereka tahu kapan harus pakai hati, dan kapan harus pakai logika. Dalam mengambil keputusan, mereka lebih fokus pada data, bukti, dan argumen daripada sekadar perasaan pribadi. 

Selain itu, sifat ini juga mendorong mereka memilah opini dan fakta, dua hal yang sering kali tercampur di media sosial atau lingkungan kerja. Objektivitas ini bikin mereka dipercaya memegang tanggung jawab besar.

5. Berani mengubah pendapat

Ini ciri yang paling sulit dimiliki, tapi paling penting untuk dikuasai. Orang yang berpikir kritis tidak gengsi mengakui kesalahan atau memperbarui pandangan mereka jika ada data atau argumen baru yang lebih kuat.

Ketimbang merasa kalah, mereka justru merasa menang karena berhasil berkembang. Inilah yang disebut dengan intelektualitas rendah hati. Dalam tim, orang seperti ini bisa jadi jembatan yang menenangkan konflik karena mereka dinilai fleksibel dan tidak memaksakan ego.

Baca juga: 7 Daftar Film yang Bisa Melatih Kemampuan Berpikir Kritis

Manfaat Berpikir Kritis dalam Hidup dan Dunia Kerja

Manfaat Berpikir Kritis dalam Hidup dan Dunia Kerja

1. Membantu mengambil keputusan yang lebih baik

Berpikir kritis membuat kamu tidak mudah terjebak dalam keputusan impulsif atau berdasarkan emosi sesaat. Dengan menimbang semua informasi, menilai kemungkinan, dan memprediksi konsekuensi dari tiap pilihan, kamu bisa mengambil keputusan yang lebih matang dan rasional.

Dalam dunia kerja, kemampuan mendukung kamu jadi lebih percaya diri dalam memilih jalur karier, menyelesaikan konflik, atau bahkan memilih strategi dalam menyelesaikan tanggung jawab. Semua didasarkan pada analisa, bukan insting tanpa ada fakta.

2. Meningkatkan kemampuan problem solving

Berpikir kritis erat kaitannya dengan kemampuan menyelesaikan masalah secara efektif. Kamu mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang, menemukan akar penyebabnya, dan merancang solusi yang logis dan realistis.

Ketika tim lain panik atau stuck di kondisi tertentu, orang yang berpikir kritis justru mampu menganalisis solusi karena mampu memecah persoalan menjadi bagian yang bisa ditangani satu per satu.

3. Melatih nalar dan logika

Saat kamu terbiasa mengolah informasi, menimbang bukti, dan menyusun argumen yang beralasan, kamu juga melatih otak untuk bekerja secara sistematis. 

Pola pikir ini membantu mengenali hubungan sebab-akibat, membedakan opini dari fakta, dan menghindari kesalahan berpikir seperti generalisasi atau asumsi yang tidak berdasar.

Dalam konteks profesional, logika yang kuat sangat penting saat membaca data, menyusun strategi, atau mengevaluasi kebijakan. Seiring waktu, kamu akan semakin terbiasa menilai sesuatu dengan tenang, terstruktur, dan penuh pertimbangan.

4. Meminimalisir bias dan kesalahan penilaian

Berpikir kritis membiasakanmu untuk mengenali adanya bias kognitif, baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri. 

Dengan menyadari adanya potensi bias, kamu bisa mengevaluasi ulang sudut pandangmu secara lebih netral dan objektif. Apalagi kalau dihadapkan pada pengambilan keputusan berbasis data maupun saat bekerja dalam tim yang majemuk secara budaya dan latar belakang.

5. Meningkatkan kemampuan belajar mandiri

Berpikir kritis membuat kamu tidak sekadar menyerap materi, tapi juga mempertanyakan, menghubungkan, dan mengembangkan pemahaman secara aktif. Tujuannya mempercepat proses belajar dan membuat pengetahuanmu lebih mendalam serta tahan lama.

Lewat berpikir kritis, kamu bisa menerapkannya ketika mempelajari berbagai konteks. Dalam pelatihan, webinar, atau kursus online, orang yang berpikir kritis akan jauh lebih optimal dalam menyerap ilmu dibanding yang hanya pasif mendengarkan.

6. Meningkatkan kreativitas

Kemampuan berpikir secara lebih mendalam dan berbeda juga turut mendorong kreativitas kita dalam mengerjakan sesuatu. Kita tidak hanya terpatok pada satu cara untuk melaksanakan tugas. Kita tergelitik untuk mencari-cari cara lain yang mungkin lebih kreatif dan inovatif.

Oleh sebab itu, berpikir kritis sering kali menjadi awal mula dari sebuah ide baru. Ide tersebut nantinya bisa dikembangkan dan pada akhirnya membentuk solusi atau produk tertentu. Jadi, jangan heran ya kalau melihat orang-orang dengan pikiran kritis memang cenderung menemukan sesuatu yang out of the box.

7. Membentuk komunikasi efektif

Membiasakan diri berpikir kritis juga memberi manfaat dalam hal komunikasi. Saat kita memikirkan satu hal dengan mendalam, kita pun terbiasa membangun konstruksi berpikir secara lebih rinci dan terstruktur. Baik pikiran maupun argumen kita susun dengan sistematis alias tidak berantakan.

Hal tersebut nantinya berdampak ke bagaimana cara kita berkomunikasi dengan orang lain. Apa yang kita sampaikan menjadi lebih jelas sehingga komunikasi pun menjadi lebih efektif. Coba cek deh, orang yang berpikir kritis biasanya lebih enak dalam menyampaikan sesuatu sampai kita betah menyimaknya hingga akhir.

8. Memperkuat kemampuan analisis

Manfaat berpikir kritis

Manfaat berpikir kritis sebenarnya menuntun kita untuk lebih mudah terbuka ke berbagai banyak pendapat atau pemikiran. Kita dengan cermat dan teliti menelaah masing-masing pemikiran dan menilai perspektifnya seperti apa. Maka, kemampuan kita dalam menganalisis sesuatu pun ikut meningkat.

Makin kita sering mengaplikasikan berpikir kritis ke kehidupan sehari-hari, makin terasah pula kemampuan analisis kita. Berpikir kritis tidak selalu hanya kita pakai di perkara-perkara besar, lho. Beberapa keputusan kecil sehari-hari pun bisa menjadi berbeda saat kita menerapkan berpikir kritis.

Baca Juga: Apa Sih Tujuan Kuliah dan Mengapa Itu Begitu Penting?

9. Meningkatkan kesadaran diri

Kemampuan berpikir kritis juga mendukung kesadaran dalam diri kita. Kita menjadi mudah introspeksi ke diri sendiri, menyadari keterbatasan diri, serta peka pada bias yang tidak objektif. Kesadaran diri ini termasuk penting karena bisa mencakup berbagai aspek, salah satunya kecerdasan emosional.

Ketika kita mempraktikkan berpikir kritis, kita tidak akan mudah terbawa atau terseret emosi ketika menghadapi masalah. Adanya kesadaran diri membangun perspektif berpikir kita dari dalam untuk menelaah fakta pada masalah yang terjadi. Pada akhirnya, pola pikir kita pun menjadi lebih sehat dan rasional.

10. Mengembangkan kemampuan preventif

Mampu menakar potensi risiko adalah salah satu manfaat penting dari berpikir kritis. Setiap keputusan dan tindakan pasti kita dalami sedetail mungkin, termasuk dari kemungkinan dari adanya bahaya atau risiko. Maka, kita pun terdorong untuk melakukan tindakan preventif.

Tindakan pencegahan akan membantu kita lebih siap menghadapi tantangan. Kemampuan ini umumnya bisa muncul dari kebiasaan membangun pola berpikir secara kritis.

11. Meningkatkan kinerja

Dalam dunia kerja, manfaat berpikir kritis sangat efektif dalam merangsang peningkatan kinerja. Seorang pemikir kritis biasanya bekerja lebih efektif dan efisien karena paham apa yang dikerjakan sampai ke rinciannya. Berpikir kritis menuntut kita untuk bekerja dengan konstruksi jelas, bukan asal-asalan.

Meski sekilas terlihat “ribet”, pada dasarnya berpikir kritis justru membantu kita dalam menyelesaikan pekerjaan apalagi masalah. Kita tidak perlu berlama-lama mengerjakan satu hal karena sadar kapan harus dimulai dan kapan mesti diselesaikan.

12. Menaikkan empati

Jika konteksnya adalah relasi dengan orang lain, berpikir kritis dapat mendorong kita lebih mampu berempati ke orang lain. Kita tidak dengan mudahnya menghakimi kondisi atau pilihan orang lain, melainkan kita mencoba membayangkan berada di posisinya. Maksudnya, kita mau melihat suatu masalah dari sudut pandangnya.

Sekali lagi, berpikir kritis jelas berdampak pula ke aspek kecerdasan emosional. Maka, mengembangkan keterampilan ini sangat perlu kita lakukan di aspek sosial dengan orang lain.

13. Menjadi pembelajar seumur hidup

Terakhir, manfaat berpikir kritis akan menjadikan kita sebagai orang yang haus untuk terus belajar. Ini jelas merupakan hal baik, kan? Kita terdorong untuk terus belajar dan mau mengenal hal-hal baru dan tidak mudah puas pada pengetahuan yang sudah kita miliki.

Dalam jangka panjang, kita bakal menjadi pembelajar seumur hidup dengan membiasakan diri berpikir kritis. Wawasan kita makin luas sehingga cara pandang kita terhadap banyak hal juga ikut melebar. Di usia berapa pun, kita masih tetap bisa berkomunikasi dan berdiskusi dengan siapa pun, termasuk yang tergolong lintas generasi.

Baca Juga: Pohon Karir: Fungsi, Cara Membuat, dan Contohnya 2025

Contoh berpikir kritis

Penerapan atau contoh berpikir kritis di dunia akademik maupun kerja antara lain seperti ini:

Akademik

Bayangkan kita sedang mengerjakan tugas makalah tentang penyakit diabetes. Sebuah artikel menyebutkan ada obat untuk menyembuhkan diabetes dan tampaknya sangat inovatif serta meyakinkan. Namun, kita tidak buru-buru menerimanya sebagai fakta. Kita perlu membandingkan info dari artikel tersebut dengan penelitian atau literatur yang relevan.

Setelah membaca banyak sumber lain yang lebih kredibel, kita jadi paham bahwa informasi pada artikel tadi kurang akurat. Sejauh ini, diabetes belumlah ada obat yang pasti menyembuhkan. Beberapa obat yang ada, baik dari medis maupun herbal, sifatnya hanyalah membantu penderita diabetes untuk bertahan dan punya kualitas hidup lebih baik.

Dengan memberi jeda sejenak dari sebuah informasi dan menggali fakta dari sumber lain, kita sudah menerapkan berpikir kritis. Kita mempertanyakan dulu, bukan langsung menyimpulkan.

Dunia kerja

Contoh berpikir kritis di dunia kerja misalnya:

Seorang digital marketer menganalisis bagaimana tren pasar, perilaku pasar, hingga strategi pesaing guna merencanakan sebuah campaign. Tujuannya agar campaign nantinya lebih tepat sasaran ke audiens dan berhasil mencapai target atau tujuan yang diinginkan.

Atau sebagai project manager, kita menggunakan berpikir kritis untuk mengidentifikasi potensi risiko, mempertimbangkan pencegahan, dan membuat perencanaan terstruktur agar proyek berjalan lancar. Pekerjaan yang butuh banyak detail dan kecermatan biasanya sangat memerlukan kemampuan berpikir kritis.

Kesimpulan

Berpikir kritis adalah kunci utama untuk menjadi manusia yang mandiri, rasional, dan kompeten di dunia yang semakin kompleks. Apalagi, kalau kamu adalah seorang talenta siap kerja. Kamu bisa melatihnya dari hal-hal kecil, seperti membaca berita, menyusun argumen, atau menyelesaikan konflik sehari-hari.

Berpikir kritis bukan sekadar teori, namun keterampilan yang harus dipraktikkan terus-menerus. Salah satu cara paling efektif untuk mengasahnya adalah melalui program pelatihan dan sertifikasi profesi yang mengutamakan praktik dan problem solving.

Daftar sekarang di Certihub by Belajarlagi untuk mengikuti pelatihan berstandar nasional maupun internasional. Pilihan bidangnya beragam, mulai dari digital marketing, UI/UX, manajemen SDM, hingga business analyst. Yuk, segera ambil langkah nyata lewat sertifikasi profesi dan konsultasikan kebutuhanmu sekarang juga!

#
Personal Development
Belajarlagi author:

Belajarlagi Writer

Tim penulis Belajarlagi yang profesional dan berdedikasi untuk memberi informasi berkualitas demi Teman Belajar

Temukan Hal Menarik dan Asyik Lainnya

Yuk, Langganan Newsletter Kami

Topik apa yang paling menarik untuk anda?
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
Cookie Consent

By clicking “Accept”, you agree to the storing of cookies on your device to enhance site navigation, analyze site usage, and assist in our marketing efforts. View our Privacy Policy for more information.