KOL dan Influencer adalah Dua Hal Berbeda, Ini Penjelasannya!

KOL dan influencer adalah dua aspek yang sebenarnya berbeda. Agar tidak salah dalam menerapkan strategi marketing, simak bedanya berikut ini!

Daftar Isi

[tampilkan]
[sembunyikan]

KOL dan influencer adalah berbeda

KOL (key opinion leader) dan influencer adalah dua sosok yang belakangan ini menjadi partner bisnis yang baik bagi perusahaan. Baik KOL maupun influencer memiliki pengaruh besar ke audiens, terutama jika bicara lingkup media sosial. Maka, tidak heran jika kemudian banyak perusahaan bekerja sama dengan KOL dan influencer dan menjadikannya sebagai salah satu strategi marketing.

Namun, apakah KOL dan influencer adalah hal yang sama? Kapan sebaiknya perusahaan berpartner dengan KOL? Benarkah influencer sebenarnya memiliki potensi menarik audiens lebih banyak daripada KOL?

Banyak orang awam tidak memahami bahwa KOL dan influencer adalah dua hal yang berbeda. Meski sama-sama punya banyak pengikut, peran dan pengaruh mereka ke audiens tidak sama persis, lho. Nah, Tim Belajar Lagi sudah menyiapkan ulasan lengkapnya buat kamu, simak baik-baik, ya!

Kemiripan KOL dengan influencer

KOL dan influencer terlihat mirip

Sangat wajar jika orang-orang banyak mengira KOL dan influencer itu sama. Bahkan, mungkin Teman Belajar pun bertanya-tanya: kenapa istilah mereka harus berbeda? Kan sama-sama terkenal dan punya banyak pengikut?

Kesamaan antara KOL dan influencer terletak pada kemampuan memberikan pengaruh ke audiens. Apa pun yang mereka lakukan, niscaya pasti akan jadi sorotan. Kemudahan media sosial menjadikan kedua sosok tersebut seakan-akan begitu dekat dengan audiens.

Selain itu, baik KOL maupun influencer sangat efektif untuk mempengaruhi audiens akan suatu topik, opini, atau bahkan produk. Begitu influencer A bilang bahwa produk X bagus, maka sebagian besar pengikutnya akan ikut membelinya. Saat KOL B mengatakan bahwa produk Y berkualitas, maka para pengikutnya pun turut mempercayainya.

Ya, KOL dan influencer memang sekilas mirip. Apalagi jika keduanya sama-sama masuk ke dalam strategi marketing. Namun, ada perbedaan mendasar antara keduanya. Kamu akan mempelajarinya di bagian selanjutnya.

Pengertian influencer

Memahami definisi influencer

Melansir dari Ahrefs, influencer adalah orang dengan audiens aktif dalam jumlah besar dan memiliki kemampuan untuk menggerakkan audiens melakukan sesuatu.  Lazimnya, influencer kerap juga menjadi pioneer sebuah tren yang nanti akan audiens ikuti. Mulai dari pakaian, cara bergaya, makanan, buku, dan lain-lain.

Keberadaan influencer sendiri menjadi kian marak sejak adanya media sosial. Entah itu Instagram, TikTok, hingga YouTube. Makin sering seseorang berselancar pada media sosial, kian banyak jenis influencer bisa orang itu temukan.

Tipe influencer sendiri ruang lingkupnya cukup luas. Ada influencer yang terkenal karena senang mengulas aneka makanan. Ada pula influencer yang suka akan produk kecantikan, fashion, buku, dan lain-lain.

Masing-masing influencer biasanya akan punya audiens tersendiri, tergantung pada interest audiens yang berbeda-beda pula. Nah, ciri khas dan keunikan dari influencer inilah yang nantinya berpotensi jadi poin penting bagi perusahaan dalam melakukan kerja sama.

Jenis influencer

Influencer bisa kamu kategorikan berdasarkan jumlah pengikutnya. Hal ini pula yang biasanya jadi pertimbangan perusahaan dalam memilih partner influencer yang tepat. Dengan memahami jenis influencer, perusahaan jadi punya gambaran dalam mengatur bujet lebih tepat.

Influencer dapat terbagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut:

  • Celebrities: jumlah pengikut lebih dari satu juta orang
  • Mega-influencers: jumlah pengikut antara 500 ribu hingga satu juta orang
  • Macro-influencers: jumlah pengikut antara 100 ribu hingga 500 ribu orang
  • Micro-influencers: jumlah pengikut antara 10 ribu hingga 100 ribu orang
  • Nano-influencers: jumlah pengikut antara seribu hingga 10 ribu orang

Namun, tidak selamanya jumlah pengikut yang banyak menjamin berhasil tidaknya strategi influencer marketing. Perusahaan harus benar-benar cermat dalam mengenali influencer, terlebih jika tujuannya menjalin interaksi tinggi dengan audiens.

Cara mengevaluasi influencer

Hanya karena seorang influencer memiliki satu juta pengikut, bukan berarti itu akan menjadi jaminan sebuah campaign berjalan lancar. Jumlah pengikut bukanlah sebuah jaminan bahwa influencer tersebut sanggup mempengaruhi tindakan audiens, lho. Entah itu berupa komentar, share, ataupun pembelian.

Jangan hanya fokus pada jumlah pengikut, perusahaan butuh mengecek kembali: benarkan jutaan pengikut itu adalah akun asli? Belakangan ini banyak juga lho fake account yang sengaja dibuat untuk mengesankan banyak pengikut. Mustahil ‘kan perusahaan harus membayar campaign mahal-mahal hanya untuk fake account?

Daripada hanya berfokus pada jumlah pengikut, perusahaan dapat melakukan riset terlebih dahulu apakah influencer tersebut relevan dengan brand. Bagaimana pun juga, sebuah brand butuh influencer yang merepresentasikan nilai-nilai yang brand miliki.

Dalam melakukan evaluasi sosok influencer, perusahaan dapat mempertimbangkan lima aspek berikut: reach, recognition, reference, relevance, resonance. Simak penjelasan singkatnya, ya!

Reach

Ini adalah poin penting dalam mengevaluasi influencer: seberapa besar sih jangkauan audiens yang dia miliki selama ini? Jumlah pengikut yang banyak kadang tidak sejalan dengan jangkauannya. Ini juga mesti jadi bahan pertimbangan perusahaan. Namun, hati-hati juga karena perihal jangkauan ini pun kadang bisa dimanipulasi.

Recognition

Bagaimana audiens mengenal influencer? Pertanyaan ini juga penting, mengingat perusahaan butuh tahu seberapa besar audiens mengenal si influencer. Sosok influencer tidaklah harus orang terkenal, yang terpenting seberapa dalam kedekatannya dengan audiens.

Reference

Seberapa sering si influencer menjadi referensi media? Atau yang paling sederhana, seberapa banyak ucapan atau kutipan si influencer kerap dibagi oleh audiens? Dalam skala lebih besar, sudahkah ada publikasi mengenai influencer pada website atau media?

Relevance

Ini adalah seberapa besar audiens dari influencer dekat dengan audiens sebuah brand. Tidak mungkin ‘kan brand memaksakan menggunakan influencer yang audiens-nya jelas-jelas berbeda dengan target market brand?

Resonance

Dalam hal ini, perusahaan harus mencermati keterlibatan influencer dengan audiens. Ini bisa perusahaan lihat dari likes, comments, share, dan lain-lain. Namun, cermati juga apakah komentar-komentar yang memang nyata atau jangan-jangan dipenuhi fake account.

Membuat strategi influencer marketing

Saat hendak menggunakan influencer untuk strategi marketing, setidaknya ada hal-hal yang mesti perusahaan siapkan. Mulai dari menentukan target audiens, menetapkan tujuan, merencanakan bujet, sampai menentukan KPI.

Kenapa harus serinci itu? Tentu saja agar kegiatan influencer marketing lebih tepat sasaran dan berjalan dengan sistematis. Sekalipun bekerja sama dengan influencer paling terkenal, itu tidak bisa menjadi jaminan bahwa campaign akan sukses.

Menentukan target audiens

Langkah pertama dalam menjalankan influencer marketing adalah memastikan siapa saja orang yang ingin perusahaan jangkau. Akan jauh lebih bagus jika perusahaan sudah memiliki customer persona. Dengan begitu, proses memilih influencer pun dapat menyesuaikan target audiens yang ada.

Menetapkan tujuan

Perusahaan harus membuat rumusan yang jelas jika ingin sebuah campaign berhasil. Secara umum, ada tiga tujuan yang bisa perusahaan capai:

  • Meningkatkan brand awareness atau mengenalkan produk ke audiens
  • Menjadi solusi dari masalah-masalah audiens
  • Memikat audiens untuk melakukan tindakan pembelian

Merencanakan bujet

Menetapkan anggaran untuk influencer marketing akan mempermudah proses pemilihan sosok influencer-nya. Perusahaan juga tidak harus menggunakan influencer dengan tarif mahal, kok. Yang penting rencana, tujuan, dan targetnya sudah jelas.

Menentukan KPI

Mengukur ROI absolut dari sebuah influencer campaign memang tidak mudah. Maka, itulah pentingnya menyiapkan key performance indicator (KPI) dalam influencer marketing. KPI dapat mengukur kemajuan berdasarkan target atau tujuan yang diinginkan.

Pengertian key opinion leader (KOL)

Memahami KOL

Kamu sudah belajar tentang influencer, maka kini giliran kamu mengenal apa itu KOL. Menurut HubSpot, KOL sebenarnya mirip dengan influencer, tetapi biasanya memiliki audiens yang lebih tertarget.

Berbeda dengan influencer, KOL mempunyai keahlian pada bidang tertentu. Alhasil, topik atau opini dari sosok KOL cenderung lebih terpercaya bagi audiens. Pada akhirnya, KOL dapat mempengaruhi audiens karena dianggap lebih akurat serta kredibel.

Dalam lingkup jumlah pengikut, audiens KOL sering kali tidak sebanyak influencer. Namun, bukan berarti pengaruh mereka lebih sedikit. Keunggulan KOL adalah memiliki audiens lebih tertarget dengan interaksi yang cukup tinggi.

Dari penjelasan tadi, Teman Belajar mulai kebayang ya bahwa KOL dan influencer adalah hal yang cukup berbeda. Oleh sebab itu, penggunaan KOL dalam strategi marketing pun juga akan berbeda dengan influencer marketing.

Kenapa butuh KOL marketing

Orang-orang yang menjadi KOL biasanya punya profesi dan pengalaman pada bidang tertentu. Konten-konten dari KOL banyak berfokus pada opini atau pendapat berdasarkan fakta yang menggugah kesadaran audiens. Maka, banyak audiens percaya pada KOL karena kredibilitas mereka pada satu bidang keahlian.

Menurut Upfluence, keunggulan dari KOL tersebut dapat perusahaan gunakan untuk bekerja sama dalam menjalankan marketing. Terutama bagi perusahaan yang memiliki brand dengan target audiens amat spesifik. Berikut beberapa alasan mengapa sebuah brand butuh KOL marketing:

Sosok KOL terkenal karena keahliannya

Bukan hanya memiliki audiens yang luas, para audiens pun mempunyai tingkat kepercayaan tinggi pada sosok KOL. Maka, kredibilitas dari KOL sangat membantu perusahaan dalam menarik minat audiens. Opini akurat dari KOL berpeluang menggerakkan audiens untuk melakukan tindakan, misalnya pembelian.

KOL aktif membicarakan isu terkini di bidangnya

Saat pandemi baru saja muncul, begitu banyak kebingungan muncul di masyarakat. Tidak lama kemudian, beberapa sosok dokter mulai mengedukasi audiens lewat berbagai media sosial untuk memberikan info-info. Nah, begitulah cara kerja KOL. Mereka aktif membahas isu terkini yang nantinya bisa perusahaan gunakan sebagai bahan untuk KOL marketing.

KOL hadir pada banyak jenis industri

Sosok KOL menguasai topik-topik yang berbeda, tergantung keahliannya. Uniknya, hampir tiap bidang industri bisa menggunakan KOL. Misalnya, kesehatan, finansial, kecantikan, dan lain-lain.

Contoh KOL marketing di Cina

Melansir dari Influencer Marketing Hub, KOL marketing pada awalnya sangat berkembang di Cina. Pada negara tersebut, para KOL menjadi kunci dalam membangun opini audiens. Tidak heran jika kemudian banyak brand di sana mengandalkan KOL dalam menjalankan strategi marketing.

Bahkan, beberapa KOL di Cina memiliki jutaan pengikut dengan interaksi audiens yang tinggi pula. Reputasi KOL sudah sangat terpercaya sehingga setiap opini mereka dapat mudah audiens terima.

Dalam KOL marketing, perusahaan di Cina biasanya bekerja sama dengan KOL dalam membuat konten dengan tujuan edukasi ke audiens. Nantinya KOL akan meninjau atau mengulas produk sampai bisa mendorong audiens untuk membelinya.

Di negara Cina sendiri, keberadaan KOL jauh lebih audiens percaya daripada influencer. Maka, tidak heran jika pioneer akan strategi KOL marketing datang dari negeri tirai bambu ini.

Keuntungan bekerja sama dengan KOL

Baik influencer maupun KOL akan sama-sama memberikan keuntungan bagi perusahaan. Namun, KOL ini sifatnya lebih spesifik. Menurut HubSpot, ini beberapa keunggulan berpartner bersama KOL:

Membantu perusahaan menargetkan audiens lebih tepat

Andai perusahaan memiliki brand dengan target market amat spesifik, kerja sama dengan KOL bisa menjadi solusi. Opini akurat dari KOL juga berpotensi menggiring audiens tertarget tersebut untuk melakukan tindakan pembelian.

Meningkatkan penjualan

Dengan pengaruh yang cukup besar pada audiens, KOL berpotensi membantu perusahaan meningkatkan angka penjualan. Dengan kredibilitasnya, peluang audiens KOL membeli sebuah produk bisa jadi cukup tinggi.

Meningkatkan jangkauan audiens

Jika selama ini perusahaan kesulitan menjangkau audiens spesifik, maka KOL dapat membantunya. Tidak hanya itu, produk menjadi lebih mudah dikenal karena jangkauan KOL yang cukup luas.

Baca Juga: Mengenal Brand Building dan Cara Memulainya untuk Bisnis

Perbedaan KOL dengan influencer

KOL dan influencer

Dari penjelasan singkat tadi, kamu sudah mengerti bahwa KOL dan influencer adalah hal berbeda. Untuk lebih memudahkan pemahamanmu, Tim Belajar Lagi coba rangkum perbedaan keduanya dari tiga aspek berikut:

Media yang dipakai

KOL lebih banyak berinteraksi dengan audiens di dunia nyata, misalnya lewat seminar, workshop, atau kegiatan sejenisnya. Meski begitu, KOL juga sangat baik dalam membangun personal branding sehingga media sosialnya pun memiliki banyak pengikut. Dalam membuat konten, KOL biasanya memanfaatkan Instagram, YouTube, LinkedIn, hingga podcast.

Sementara, influencer lebih banyak berinteraksi dengan audiens secara online. Komunikasi biasa influencer lakukan melalui beragam media sosial. Mulai dari Instagram, TikTok, Twitter, Youtube, dan lain-lain.

Kemampuan berkomunikasi

Dalam hal komunikasi, influencer memiliki kelebihan untuk menyampaikan sebuah konten dengan visual lebih menarik bagi audiens. Entah itu berupa feeds maupun video, pokoknya amat mudah memanjakan mata audiens. Pemilihan gaya bahasanya pun biasanya lebih dekat dan erat dengan audiens.

Meski KOL punya kemampuan berkomunikasi yang baik (terutama lewat media, seminar, dan lain-lain), penyampaian konten dari KOL bisa jadi tidak semenarik influencer. Namun, hal itu tidaklah menjadi masalah besar. Pasalnya, apa yang audiens cari dari KOL adalah keakuratan informasi atau topik, bukan visual.

Kredibilitas

Nah, inilah yang menjadi pembeda besar antara KOL dan influencer. Sama-sama punya banyak pengikut, tetapi kredibilitas keduanya berbeda. Jika bicara tentang keakuratan opini, KOL memang lebih unggul. Oleh sebab itu, perusahaan butuh memetakan tujuan dengan jelas sebelum memutuskan bekerja sama dengan KOL atau influencer.

KOL influencer marketing, apakah mungkin?

Mungkinkah membuat KOL influencer marketing?

Katakanlah perusahaan ingin menerapkan strategi KOL dan influencer marketing secara bersamaan. Mungkin perusahaan ingin mendapatkan sosok kredibel, berpengaruh, sekaligus punya pengikut dalam skala besar. Pertanyaannya, adakah sosok KOL sekaligus influencer semacam itu?

Menurut Affable AI, hal tersebut bisa saja terjadi. Tidak menutup kemungkinan ada sosok KOL terpercaya dengan jumlah pengikut jutaan. Bahkan, audiens yang banyak tersebut juga sudah sangat spesifik sehingga menguntungkan perusahaan.

Masalahnya, tidak semua KOL mau menjadi influencer. Ini yang kemudian menjadi tantangan bagi perusahaan. Untuk menjadikan seorang KOL menjadi influencer, perusahaan harus memberikan pitching yang meyakinkan.

Beberapa tips buat perusahaan yang tertarik berpartner dengan KOL influencer:

  • Membuat proposal kerja sama dengan detail beserta manfaat dari kolaborasi
  • Memberikan penawaran harga yang masuk akal
  • Menceritakan tentang brand dan apa manfaatnya bagi audiens KOL
  • Merumuskan alasan kenapa perusahaan tertarik bekerja sama dengan KOL

Menemukan sosok KOL influencer adalah kesempatan langka, tetapi bukan tidak mungkin terjadi. Tentu saja butuh riset dan strategi mendalam jika perusahaan benar-benar ingin melakukan KOL influencer marketing.

Baca Juga: Pentingnya peran brand manager dalam berbisnis

Kesimpulan

KOL dan influencer adalah dua sosok yang berbeda, tetapi sama-sama punya pengaruh besar ke audiens. Selain dari jumlah pengikut, perbedaan keduanya dapat kamu lihat dari kredibilitas sosoknya. KOL cenderung punya kredibilitas lebih tinggi karena memang ahli dalam bidangnya.

Karena KOL dan influencer itu berbeda, maka strategi marketing yang perusahaan pakai pun akan berbeda. Yang paling penting adalah menentukan target market dan tujuan yang jelas. Dari dua hal itulah perusahaan bisa menentukan sosok mana yang akan diajak kerja sama: KOL atau influencer.

Buat kamu yang tertarik mempelajari brand building lebih mendalam, jangan lupa ya ikuti mini bootcamp Brand Building dari Belajar Lagi. Update terus informasinya di website Belajar Lagi biar nggak ketinggalan!

Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.

Related Blog

Jadilah yang pertama tahu

Langganan Newsletter Kami

Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.