Media sosial memiliki dampak signifikan ke kehidupan kita, baik itu secara positif maupun negatif. Di era serba canggih seperti sekarang, hampir setiap orang pasti mengakses media sosial. Bukan hanya orang dewasa, melainkan juga para remaja.
Media sosial bisa kita manfaatkan sebagai lebih dari sekadar hiburan, misalnya untuk membangun komunitas hingga pemasaran digital. Namun di sisi lain, kecanduan media sosial juga berbahaya pada kondisi mental kita.
Pertanyaannya, seberapa besar media sosial berpengaruh ke kehidupan kita? Apa saja sih dampak positif maupun negatif dari media sosial? Yuk, simak dan pelajari ulasan dari Tim Belajarlagi berikut ini!
Penggunaan media sosial
Menurut data dari Pew Research Center, penggunaan media sosial pada masyarakat Amerika Serikat berubah sejak 2018. Jika kebanyakan orang dewasa memilih aktif di Facebook dan Instagram, maka para remaja di sana mulai melirik penggunaan TikTok sebagai platform media favorit.
Sementara pada tahun 2023, Pew Research Center kembali melakukan riset dan menemukan bahwa media sosial sangat punya peran besar dalam kehidupan remaja. Platform yang banyak remaja akses adalah TikTok, YouTube, dan Instagram. Bahkan, kebanyakan remaja memiliki durasi screen time begitu tinggi, terutama untuk konten-konten dalam bentuk video.
Dari hasil penelitian tersebut, kita bisa melihat bahwa media sosial akan tetap ada dan bahkan terus diminati hingga tahun-tahun mendatang. Kepopuleran media sosial juga mendorong algoritma dan tren berganti begitu cepat. Tanpa sadar, kita sebagai pengguna pun dituntut untuk terus adaptif terhadap perkembangan dan perubahan yang ada.
Belakangan ini, pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental para remaja juga banyak dibicarakan. Masalah ini menjadi begitu kompleks karena remaja cenderung menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial dengan beraneka konten yang tidak terkontrol langsung oleh orang tua. Maka, media sosial pun berpotensi memunculkan kerentanan bagi para penggunanya.
Pada dasarnya, media sosial adalah sebuah platform yang memberikan hiburan bagi kita sebagai pengguna. Agar bisa menggunakannya secara bijak, kita tentu perlu memahami juga apa dampak positif maupun negatifnya.
Dampak positif media sosial

Media sosial bisa berdampak positif ke kehidupan kita. Beberapa dampak tersebut antara lain:
1. Menjalin dan menjaga relasi
Ide awal munculnya media sosial adalah menghubungkan satu orang ke orang lainnya tanpa batasan jarak dan waktu. Pada awal penggunaan Facebook dahulu, kita dapat dengan mudah terkoneksi kembali dengan kawan-kawan lama. Dari situ, hubungan yang semula sulit dibangun karena jarak menjadi lebih mudah dirawat.
Ini menjadi salah satu bukti bahwa media sosial berdampak positif ke jalinan relasi kita dengan orang lain. Melalui media sosial, kita dapat saling berbagi kabar dan membagikan momen bahagia ke orang lain. Komunikasi dengan teman lama pun menjadi lebih mudah karena tak harus bertemu langsung.
Selain itu, media sosial memungkinkan kita terhubung secara emosi dengan orang tertentu. Kita bisa bertemu orang-orang baru dengan minat yang sama. Dari situ, muncul kedekatan yang berpeluang menjadi relasi atau koneksi baru.
2. Mendorong ide dan kreativitas
Media sosial sejatinya tidak sekadar hiburan bagi pengguna. Sekarang kita bisa menemukan banyak konten yang berisi informasi dari berbagai hal. Kita tidak hanya fokus ke isi konten, tetapi juga bagaimana konten tersebut disajikan.
Maka, tidak heran jika kemudian media sosial pun punya peran dalam mendorong ide dan kreativitas. Hal ini tentu sangat berdampak baik bagi orang-orang yang bekerja di bidang kreatif, misalnya digital marketing, penulisan, film, dan lain-lain.
Lewat media sosial, kreativitas menjadi tak terbatas. Banyak lho karya-karya baru bisa hadir dengan inspirasi dari media sosial. Kita bisa mengamati dan mengadaptasi konten-konten yang ada untuk dikreasikan menjadi konten lebih segar.
3. Membangun komunitas
Media sosial bisa menjadi sarana belajar hal-hal baru dengan cara lebih praktis. Tidak hanya itu saja, kita pun bisa mudah menjangkau konten-konten yang memang sesuai dengan minat atau kesukaan kita. Dari situ, kita pun secara tidak langsung terdorong untuk lebih terhubung ke orang-orang yang serupa.
Maka, media sosial juga efektif untuk membangun komunitas tertentu. Kita pasti sering ‘kan menemukan berbagai macam komunitas di media sosial. Misalnya, klub buku, komunitas pencinta alam, komunitas traveling, dan lain-lain.
Selain itu, media sosial juga peran dalam menyuarakan isu-isu sosial yang nantinya mampu menggerakan empati para penggunanya. Banyak gerakan-gerakan berdampak justru bermula dari campaign di media sosial. Itu artinya, media sosial berpotensi menumbuhkan komunitas yang memang berdampak dan mampu menghubungkan emosi para penggunanya.
4. Edukasi
Dengan adanya media sosial, kita tanpa sadar menjadi tahu lebih banyak hal, bahkan yang di luar bidang kita. Contohnya, kita dulu begitu awam tentang apa itu kesehatan mental. Kini, kita bisa memperoleh informasi mengenai hal tersebut dengan mudah di media sosial.
Ini tentu menjadi cara praktis untuk belajar tanpa harus menempuh pendidikan tertentu. Kita dapat menggali banyak informasi dalam satu platform. Bahkan, sering kali edukasi lewat media sosial juga turut mendorong kita mendalami bidang tertentu secara lebih mendalam.
Hanya saja, dampak positif ini juga punya risiko tersendiri. Tidak semua informasi atau konten edukasi di media sosial bisa kita yakini kredibilitasnya. Sebagai pengguna, kita mesti pandai memilih konten mana yang kredibel dan mana yang tidak. Kemampuan ini membantu kita tidak mencerna informasi hanya di permukaan saja alias bias.
5. Digital marketing
Salah satu dampak terbesar dari keberadaan media sosial adalah penggunaannya untuk keperluan pemasaran digital. Dengan penggunaan internet yang makin tinggi, sangat wajar jika para pebisnis mulai beranjak ke digital marketing. Entah itu melalui SEO, ads, maupun media sosial.
Media sosial menjadi tempat paling cocok untuk menggaet lebih banyak audiens ataupun konsumen baru. Sebuah brand dapat menggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran merek audiens melalui konten ataupun campaign yang menarik.
Baca Juga: 8 Contoh Hook TikTok yang Menarik buat Referensi Bikin Konten
Nah, menguasai skill dalam media sosial adalah kunci penting untuk berbisnis. Adanya perkembangan teknologi menuntut kita untuk memperluas berbagai keterampilan, termasuk dalam media sosial.
Yuk, asah keterampilan itu dengan ikut Social Media Organic Bootcamp dari Belajarlagi. Di bootcamp ini, kita akan belajar media sosial mulai dari dasar-dasar sampai ke praktiknya. Tentunya dengan para instruktur berpengalaman di bidangnya. Belajarlagi menawarkan program pembelajaran yang komprehensif, seru, dan menyenangkan.
Kurikulumnya juga super lengkap. Mulai dari personal branding, AI for social media, brand building, content ideation, copywriting, dan lain-lain. Informasi lebih lengkap sekaligus jadwal Social Media Organic Bootcamp bisa kita cek langsung di website Belajarlagi, ya!
Selain itu, Belajarlagi juga punya Full Stack Digital Marketing Bootcamp yang tidak kalah seru buat kita ikuti. Di bootcamp tersebut, kita tak cuma belajar media sosial. Kita akan mempelajari A sampai Z digital marketing yang nantinya bisa jadi bekal buat berkarier.
Program pelatihan insentif ini akan membawa kita ke pemahaman mendalam akan digital marketing yang holistik. Baik secara teori maupun praktik. Beberapa kurikulumnya antara lain digital marketing landscape and strategy, brand building, marketing and consumer psychology, marketing copywriting, ads, marketing data analytics, SEO, dan lain-lain.
Cek informasi pendaftaran dan jadwal Full Stack Digital Marketing Bootcamp hanya di website Belajarlagi!
Dampak negatif media sosial

Meski media sosial banyak berdampak positif ke kehidupan, kita tidak boleh tutup mata pada dampak negatifnya. Beberapa di antaranya:
1. Adiktif
Dalam buku The Anxious Generation, penulis sekaligus psikolog Jonathan Haidt menurutkan bahwa media sosial membuat para remaja kecanduan dalam menggunakannya. Alhasil, seorang remaja bisa berjam-jam bermain media sosial sampai lupa waktu.
Kecanduan inilah yang kemudian membuat relasi para pengguna media sosial mulai bergeser. Alih-alih berinteraksi langsung dengan orang, media sosial mendorong kita terbiasa berinteraksi di dunia maya saja. Padahal, kualitas relasi di media sosial tidaklah lebih baik daripada kualitas relasi di dunia nyata.
Guna mencegah perilaku adiktif ini, coba kita cek sejenak kebiasaan kita bermedia sosial. Dalam satu hari, berapa jam waktu kita habiskan di media sosial? Jika sampai lebih dari satu jam, bagaimana dampaknya ke keseharian kita, mulai dari pekerjaan, keluarga, kuliah, dan lain-lain?
2. Mudah mengakses hoax
Banyak informasi tersebar mudah di media sosial. Di tengah bisingnya pemberitaan, kita sulit menemukan jeda untuk memilah dan mencerna. Maka, tidak heran jika kemudian media sosial malah menjadi sarang berita kebohongan yang berbahaya.
Tanpa adanya kesadaran diri untuk kroscek data atau memastikan kebenaran suatu info, kita akan rentan terjebak pada aneka hoax. Kita dapat dengan mudahnya percaya sesuatu tanpa benar-benar melakukan riset atau mencari tahu lebih dalam.
3. Memperburuk kondisi mental
Dibandingkan dengan generasi milenial, para anak generasi Z mengalami anxiety dan depresi yang lebih banyak jumlahnya. Dalam penelitiannya mengenai media sosial, Jonathan Haidt menyebutkan bahwa media sosial jelas berdampak besar ke kondisi mental para penggunanya.
Dia menyebutkan bahwa remaja perempuan lebih mudah mengalami anxiety dan punya kecenderungan membanding-bandingkan diri dengan orang lain gara-gara media sosial. Ada “standar” yang seakan-akan harus dipenuhi. Jika dibiarkan, hal tersebut makin membahayakan kondisi mental.
Sama halnya seperti remaja, kita pun akan merasakan menurunnya kesehatan mental saat berlama-lama bermain media sosial. Apalagi jika konten yang kita konsumsi lebih banyak berhubungan dengan beauty standard, pencapaian, kekayaan, dan lain-lain.
4. Berpotensi terjadinya cyberbullying
Kita tentu tak asing dengan sebuah serial Netflix berjudul Adolescence. Di serial tersebut, dikisahkan seorang anak remaja bernama Jamie Miller melakukan pembunuhan ke temannya sendiri. Setelah ditelusuri, pembunuhan tersebut sebenarnya berawal dari cyberbullying yang sering dilakukan korban ke pelaku.
Dari Adolescence, kita melihat bahwa media sosial rawan menjadi praktik perundungan yang lebih parah daripada di dunia nyata. Bahkan, orang-orang bisa saling menyerang tanpa perlu mengenal siapa lawannya. Perundungan di media sosial jelas bisa memicu munculnya gangguan mental yang tak kita inginkan saat kita tak mampu menghadapinya.
5. Brain rot
Istilah brain rot menjadi makin populer saat frasa tersebut menjadi Oxford Word of the Year pada tahun 2024. Brain rot sendiri merujuk pada kemunduran intelektual atau kondisi mental pada diri seseorang akibat konsumsi berlebih pada konten yang dianggap “remeh”. Nah, kategori konten “remeh” atau kurang bermanfaat ini ironisnya muncul paling banyak di media sosial.
Terlalu banyak terpapar media sosial membuat kita mengalami penurunan konsentrasi hingga kemampuan berpikir, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi video pendek. Kemampuan kita dalam membaca dan menyimak menjadi rendah sehingga berdampak ke pola berpikir kita.
Baca Juga: 10 Dampak Negatif TikTok yang Jarang Dibahas, Waspadai Efeknya!
Kesimpulan
Media sosial memiliki dampak signifikan ke kehidupan kita. Beberapa dampak positifnya antara lain menjadi media untuk berelasi, mendorong kreativitas, membangun komunitas, sarana edukasi, dan bermanfaat untuk digital marketing.
Sementara, ada juga dampak negatifnya. Mulai dari menimbulkan ketergantungan berlebihan, mudahnya penyebaran hoax, menurunkan kondisi mental, cyberbullying, dan brain rot. Tanpa penggunaan media sosial yang bijak, kita bisa terjebak di area-area tersebut.