Setelah bioskop Indonesia kebanjiran film-film lokal bertema horor, kehadiran film Jumbo tentu menjadi angin segar bagi pecinta sineas film Indonesia.
Film animasi ini nggak hanya menyajikan kisah anak-anak biasa, tapi juga masalah sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat. Kayak kesenjangan sosial, bullying di kalangan anak-anak, dan masih banyak lagi.
Hebatnya, hanya butuh waktu 1 bulan bagi Jumbo untuk mendapatkan lebih dari 7 juta penonton sejak awal penayangannya pada 31 Maret 2025 hingga blog ini ditulis (30/4/2025). Dengan jumlah penonton sebanyak itu, gak heran kalo sekarang Jumbo sukses nangkring di top 3 film terlaris Indonesia sepanjang masa.
Tapi, apa yang membuat Jumbo ini terasa spesial banget? Soalnya Jumbo bukanlah animasi karya anak bangsa pertama karena sebelumnya sudah ada sekuel film Si Juki the Movie dengan alur cerita yang nggak kalah menarik.
Selain karena plot ceritanya yang unik dan didukung oleh banyak artis ternama, usut punya usut nih, satu alasan yang membuat Jumbo punya daya tarik sendiri adalah adanya upaya masyarakat untuk mengapresiasi hasil karya kreator animasi Indonesia.
Sebab beberapa tahun sebelum Jumbo tayang tuh, dunia lagi booming-boomingnya sama tools Artificial Intelligence atau AI kayak ChatGPT, Gemini, Grok, dll. Bahkan Indonesia sendiri menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan pengguna AI terbanyak yaitu 1,4 juta kunjungan menurut Good Stats.
Penggunaan AI yang semakin masif ini tercermin juga dari banyaknya public figure dan pejabat pemerintahan yang bikin animasi atau ilustrasi pakai AI untuk buat konten sesederhana greeting hingga jadi alat peraga kampanye.
Kelakuan seperti ini jelas memantik amarah segelintir masyarakat, khususnya pelaku dan pecinta seni. Mereka ngerasa penggunaan AI ini udah disalahgunakan untuk mengganti posisi illustrator, animator, dan kreator lokal.
Apalagi Indonesia belum memiliki regulasi ketat tentang penggunaan AI di platform digital. Hal ini bisa menimbulkan masalah serius, misalnya potensi pelanggaran hak cipta seperti pada tren edit foto ala Studio Ghibli yang merugikan seniman di baliknya.
Bak simbol perlawanan, Jumbo hadir dan dinilai sebagai wujud nyata dedikasi dan kreativitas para kreator animasi Indonesia.
Di berbagai kesempatan, Ryan Adriandhy, selaku sutradara selalu mengatakan bahwa kesuksesan Jumbo nggak lepas dari peran 400 lebih kreator lokal yang mengerjakannya secara manual sejak 2019.
Ucapannya ini seolah menjadi penegas bahwa kreativitas manusia masih jauh lebih unggul dari AI. Walaupun butuh waktu hingga 5 tahun, setidaknya Jumbo mampu menghadirkan sentuhan artistik, imajinasi yang kaya, dan mampu menggugah emosi penonton.
Di berbagai platform media sosial, khususnya X, para netizen juga nggak henti-hentinya memberikan dukungan pada film animasi produksi Visinema ini. Banyak di antara mereka yang mengapresiasi para kreator yang ada di balik layar dengan menonton Jumbo bahkan hingga berkali-kali di bioskop.
Nggak sedikit juga yang akhirnya terinspirasi untuk memulai atau mengembangkan karir sebagai animator setelah melihat adanya ruang bagi mereka untuk berkarya di Indonesia lewat film Jumbo ini.
Dari fenomena ini kita bisa melihat bahwa sudah banyak orang yang mulai sadar akan pentingnya menghargai karya seni buatan manusia.
Meskipun penggunaan AI tidak sepenuhnya merugikan, namun kedalaman cerita, penggambaran karakter yang kuat, hingga detail visual masih membutuhkan sentuhan ide dan kreasi manusia untuk menghasilkan film animasi yang berkualitas.
Soalnya publik lama-lama juga jenuh dengan karya instan AI yang sering kali terasa hambar, tidak menyentuh, dan tidak eksklusif.
Pembahasan kreativitas sendiri nggak terbatas pada dunia perfilman saja. Kreativitas juga dibutuhkan untuk menunjang kesuksesan bisnis atau brand.
Nah, kalau kamu ingin menghadirkan bisnis atau brand yang punya karakter dan ciri khas sendiri, inilah saatnya pakai creative production dari Belajarlagi. Kami akan bantu kamu bikin konten visual, storytelling, dan branding yang otentik serta pastinya sudah dipersonalisasi khusus untuk menggaet calon customer potensial!