Anak-anak 2000-an siapa sih yang nggak pernah diajak orang tuanya belanja di Giant Hypermarket? Yap, Giant Hypermarket di tahun 2000 - 2010 emang sangat hype dan sering jadi pilihan keluarga untuk belanja. Sayangnya per 2021 lalu Giant harus menutup 395 gerinya dan memutuskan untuk menyelesaikan lisensinya karena pelemahan ekonomi akibat Covid-19. Belum lagi adanya perubahan pola tren belanja yang shifting ke e-commerce.
Tapi yang bikin kaget, di tahun 2024 muncul Mitra Diskon Swalayan yang logonya persis dengan Giant Hypermarket. Usut punya usut, ternyata Mitra Diskon Swalayan memang pengganti Giant yang dibikin melokal supaya bisa hemat biaya operasional, lho! Minjar bahas lebih detail nih.
Perjalanan Giant di Indonesia
Giant ini sebenarnya adalah ritel supermarket asal Malaysia yang berdiri sejak 1944 dan sudah punya cabang di hampir seluruh negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, Giant hadir pada 2002 sebagai bentuk ekspansi Hero Supermarket Group untuk segmen hypermarket. Selanjutnya, Giant terus berkembang hingga pada tahun 2010 ada 46 hypermarket dan 104 supermarket Giant di Indonesia.
1 dekade kemudian, semua jenis Giant di Indonesia ditutup secara permanen karena lisensinya berakhir di Juli 2921. Faktor-faktor lain yang membuat Giant tutup tak lain karena kemunculan minimarket yang jadi pilihan praktis bagi orang yang mau belanja.
Tapi tutupnya Giant ini tidak terlalu mengejutkan publik mengingat mereka sudah mengalami kerugian sejak 2019 yang ditandai dengan banyaknya gerai yang tutup. Akhirnya resmi pada Mei 2021 mereka mengumumkan akan meninggalkan Indonesia per 31 Juli 2021. Total ada 395 gerai yang tutup, beberapa gerai berganti menjadi Hero Supermarket, Hypermart, Farmers Market, Super Indo, dan gerai kecil IKEA.
Mitra Diskon Swalayan Adalah Giant Versi Lokal

Akhir tahun 2024, muncul swalayan dengan logo yang mirip banget sama Giant. Swalayan tersebut bernama Mitra yang ternyata merupakan “penerus” Giant. Dikatakan penerus karena Mitra dikelola oleh Hero Supermarket Group, seperti Giant dulu.
Bahkan saking miripnya, logo dan color brand Mitra bener-bener mirip dengan Giant. Hal ini bukan tanpa alasan melainkan sebagai perubahan arah strategi dari lisensi merek asing ke merek lokal. Dari situ saja bisa berefek pada efisiensi biaya operasional, fleksibilitas pasar, dan adaptasi branding ke konsumen lokal.

Fenomena pisah dari lisensi merek luar negeri menjadi merek lokal sebenarnya nggak hanya terjadi pada kasus Giant dan Mitra saja. Ada juga beberapa brand yang melakukan hal sama, tapi mungkin kamu nggak “ngeh”, kayak:
- AZKO (Ex ACE Hardware)
- MAKO (Ex Breadtalk)
- Chitato Llite (Ex Lays)
Sebagai informasi, di negara asalnya, Giant juga sudah rebranding dan ganti logo di tahun yang sama ketika Giant di Indonesia telah habis lisensinya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk refreshment karena sejak 2017, performa penjualan Giant terus turun karena daya beli masyarakat juga turun. Belum lagi semakin ketatnya kompetisi dengan supermarket kecil, pasar retail, dan toko online yang meningkat.
Rebranding Giant yang kemudian melahirkan Mitra Diskon Swalayan menjadi bukti bahwa rebranding nggak cuma masalah ganti logo, tapi juga menyesuaikan positioning pasar, efisiensi operasional, dan cara membangun kedekatan dengan konsumen.
Transformasi besar seperti ini jelas butuh riset, strategi komunikasi, dan eksekusi yang tepat. Itulah kenapa banyak brand membutuhkan partner marketing yang paham cara membangun citra baru tanpa kehilangan value lama.
Di sini, Belajarlagi Marketing Agency hadir untuk membantu brand melakukan branding dan transformasi komunikasi yang berdampak pada bisnis. Kamu tertarik menerapkan branding untuk bisnis atau perusahaan? Hubungi kami untuk konsultasi lebih lanjut!