Meroketnya Almaz Fried Chicken di Balik Aksi Boikot

Creative

Di tengah semakin sadisnya perang akibat konflik Israel - Palestina, seruan boikot brand yang terafiliasi dengan Israel pun semakin gencar digaungkan di Indonesia. Sejumlah brand F&B internasional mulai ditinggalkan, dan masyarakat mulai melirik brand lokal. Salah satu brand lokal yang sukses menarik perhatian adalah Almaz Fried Chicken.  

Dijuluki “dupe-nya Albaik”, Almaz Fried Chicken nggak sekedar menjiplak konsep ayam goreng legendaris asal Arab Saudi itu, tapi juga memiliki sejumlah strategi bisnis moncer yang membuatnya bisa bertahan dan bahkan bertumbuh sangat pesat hingga sekarang.

Kondisi Almaz Fried Chicken Saat Ini

Hingga saat artikel ini ditulis (8/5/2025), bisnis makanan cepat saji dengan tagline Ayam Goreng Saudi No.1 di Indonesia ini sudah memiliki lebih dari 70 outlet dan omzetnya bahkan sanggup tembus 40 juta per hari.

Perkembangan Almaz Chicken yang cepat ini nggak lepas dari dukungan NS Consulting dan pemanfaatan platform Buka Outlet. Jadi nggak heran walau baru berdiri 2024 lalu, Almaz Fried Chicken sudah mampu membuka 11 outlet baru dalam 3 bulan. Hebatnya mereka nggak hanya sukses mengekspansi wilayah Jabodetabek, tapi hingga Jawa Tengah. 

Data positif ini menunjukkan bahwa meski tergolong baru, tetapi Almaz Fried Chicken termasuk pemain dalam industri fast food lokal Indonesia yang patut diperhitungkan. 

Fakta di Balik Kesuksesan Almaz Fried Chicken

Mimin sempat datang ke salah satu outlet Almaz, ternyata ramenya customer dateng itu nggak cuma gimmick. Parkiran beneran penuh dan customer plus ojol juga lagi pada ngantri.

Dari hasil pengamatan mimin, nih, growth Almaz Chicken yang pesat nggak lepas dari 4 value yang mereka usung:

1. Mengadopsi Spiritual Value

Spiritual Value almaz fried chicken

Almaz menjual produknya dengan prinsip muamalah, yaitu sesuai syariat Islam. Makannya di awal pembukaannya, mereka langsung state kalau akan menyisihkan 5% dari keuntungan penjualan untuk donasi ke Palestina. 

Nah, kalau untuk urusan dalam negeri, Almaz juga punya komitmen buat ngasih 5 box gratis paket nasi ayam goreng tiap omzetnya tembus 1 juta/hari/outlet.

Artinya, kalau hari ini ada 1 outlet yang dapat omset 40 juta, maka ada 200 box gratis yang dibagikan ke orang-orang yang membutuhkan.

Pernyataan seperti ini jelas menggugah empati masyarakat Indonesia yang terkenal dermawan. Orang-orang berpikiran mereka bisa datang untuk makan enak sekaligus berdonasi pada sesama.

2. Memiliki Unique Selling Point

menu Almaz Fried Chicken

Market ayam goreng krispi di Indonesia emang besar. Makanya, di setiap sudut tempat, kamu bisa dengan mudah menemukan outlet fried chicken, mulai dari yang gerobakan no brand sampe top brand global.

Tapi kalau mengikuti gaya brand ayam yang sudah ada, itu kan bakal terkesan terlalu mainstream, ya. Jadi Almaz ngasih pembeda. Dengan hasil riset mendalam, terciptalah unique selling point nya sendiri, yang bahkan Albaik nggak punya.

Sebagai pembeda, Almaz punya menu sambel bawang, saus garlic, dan nasi kebuli. Nah, nasi kebulinya ini adalah nasi kebuli Abuya yang merupakan sister brandnya Almaz. Jadi, mereka berdua ini ada dalam naungan Abuya Group. 

3. Memperhatikan Product Quality

Bicara soal riset, tim Almaz ini emang totalitas banget, deh. Tim mereka jastip Albaik buat tes rasa dan nyari tau gimana caranya bumbu bisa meresap sampai ke dalam ayam.

Mereka mau kalau rasa ayam Almaz bisa setara Albaik, atau malah lebih enak supaya nggak sekedar viral. Intinya, mereka mau customer repeat order karena suka sama rasa ayam Almaz yang enak.

Hasil riset menemukan bahwa bumbu ayam bisa meresap sempurna kalo pake ayam fresh, bukan yang frozen. Soalnya kalo pake ayam frozen, pori-pori ayam tuh udah ketutup sama cairan es sehingga bumbu sulit masuk.

4. Investasi Teknologi Terbaru dan SDM Berkualitas

Hasil ayam yang enak ini nggak lepas juga dari penggunaan peralatan yang berkualitas dan canggih. Kayak mesin marinasi ayam dan kompor yang bisa atur suhu untuk kematangan tertentu.

Selain bahan dan alat, mereka juga pilih SDM yang berkualitas dengan merekrut mantan pegawai KFC dan MCD yang kena layoff efek boikot. Yap, para SDM ini jelas sudah punya pengalaman mumpuni di bidangnya.

almaz fried chicken

Dari Almaz kita belajar kalau produk yang bisa memenuhi customer need punya potensi buat growing dengan cepat.

2 pain point customer langsung disikat sama Almaz:

  • Nggak mau makan brand ayam goreng terafiliasi Israel.
  • Pengen nyobain ayam goreng Albaik, tapi nggak bisa karena jauh.

Selain pintar dalam menyikapi pain point, kesuksesan Almaz juga nggak lepas dari upaya branding mereka di sosial media. Tanpa sosmed, statement-statement mereka tadi mungkin sulit menjangkau target audiens dan jadi nggak punya pembeda dengan usaha ayam goreng lainnya.

Nah, buat kamu yang sudah punya produk berkualitas bagus dan USP yang keren, jangan lupa lakukan branding di sosmed dengan strategi yang tepat. Jika bingung mau branding yang kayak gimana, feel free untuk tanya-tanya masalah sosmed handling di Belajarlagi Marketing Agency, ya!

Temukan Hal Menarik dan Asyik Lainnya

Yuk, Langganan Newsletter Kami

Topik apa yang paling menarik untuk anda?
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
Cookie Consent

By clicking “Accept”, you agree to the storing of cookies on your device to enhance site navigation, analyze site usage, and assist in our marketing efforts. View our Privacy Policy for more information.

Cookie preferences