Bukan Alas Kaki Biasa, Ini Cara Crocs Jadi Ikon Fashion Dunia!

Marketing Theory

Crocs berhasil menjadikan dirinya brand alas kaki yang mendunia dan eksis mewarnai dunia mode. Sebagai brand sandal veteran yang sudah dirilis sejak 2002 lalu, Crocs konsisten pada material pembuatan sandalnya yang nyaman dan awet.

Untuk menjaga eksistensinya, Crocs pun seringkali mengejutkan penggemarnya yang notabene berasal dari segala usai dengan berkolaborasi bersama banyak brand hingga tokoh terkenal. Mulai dari kolaborasinya dengan Lotso, Star Wars, Balenciaga, dan raksasa teknologi Microsoft. Beberapa desain kolaborasi pun dijual terbatas sehingga hanya fans sejati lah yang bisa mendapatkannya.

Dibalik kesuksesan Crocs hingga saat ini, nyatanya Crocs hampir mengalami kebangkrutan setelah baru 5 tahun berdiri. Nah dari sini Minjar sudah rangkumkan beberapa pelajaran penting dari sisi product & finance yang dilakukan Crocs supaya bisa bangkit dari masa sulit.

Sempat Berjaya dan Terpuruk 5 Tahun

Sekarang kamu bisa lihat sandal Crocs dipakai anak kecil, remaja, hingga orang tua. Padahal dulu Scott Seamans, Lyndon Hanson, dan George Boeddecker Jr (pencipta Crocs) bermaksud membuat sepatu khusus bagi orang-orang yang gemar naik perahu saja. Desain sepatu yang mereka buat terinspirasi dari klompen atau bakiak Belanda. Tetapi dilansir Master Shoe, bahan yang digunakan bukanlah kayu melainkan croslite yang punya karakter ringan, nyaman, dan anti air sehingga sempurna untuk berperahu. Nah bahan croslite ini sebenarnya sudah digunakan lebih dulu oleh Foam Creations, perusahaan asal Kanada.

Setelah riset panjang dan memperoleh hak untuk memproduksi sepatu menggunakan bahan croslite ini, lahirlah varian pertama Crocs yang melegenda yakni The Beach. Karena desainnya yang unik, ringan, anti slip, gampang dibersihkan, dan nyaman dipakai untuk berdiri lama, Crocs tidak hanya menjadi daya tarik bagi para pelaut tapi semua kalangan termasuk tenaga medis.

Bisnis Crocs pun bertumbuh pesat dan berhasil IPO dengan penjualan saham di hari pertamanya yang tembus 100% pada tahun 2006. Nggak lama setelah itu, Crocs mulai ekspansi besar-besaran. Mereka buka cabang sampai ke luar negeri dan produksi banyak sepatu. Mereka juga mengakuisisi Jibbitz, sebuah perusahaan yang memproduksi aksesoris menarik untuk menghias sepatu Crocs.

Tapi naasnya, pada 2008 mereka dihantam resesi global yang membuat daya beli masyarakat turun terutama untuk belanja kebutuhan non esensial seperti sepatu. Efeknya, sepatu Crocs menumpuk di gudang dan tidak terjual. Akhirnya sepnajang 2008 – 2013 Crocs dinilai hampir bangkrut total karena:

-          Saham anjlok hingga 90%

-          Puluhan outlet terpaksa ditutup

-          3 pabrik produksi berhenti beroperasi

-          Produk menumbuk banyak di gudang dan tidak bisa dijual

-          Menanggung hutang $200 juta

-          Dapat penilaian buruk karena produknya dianggap jelek dan tidak modis.

Kalau Minjar simpulkan, ada 3 faktor kenapa Crocs bisa hampir bangkrut setelah sebelumnya Berjaya. Yaitu:

1.       Ekspansi tanpa kalkulasi; buka banyak cabang, bangun pabrik dan gudang tanpa strategi financial business yang baik.

2.       Resesi global; banyak orang yang keep uang dan mengutamakan belanja kebutuhan primer.

3.       Persepsi brand yang menurun; meski punya value produk yang nyaman, nyatanya Crocs dipandang jelek dan nggak bisa catch up dengan tren fashion yang dinamis.

Crocs Mulai Bangkit Lagi dengan Berbagai Macam Gebrakan

sandal crocs

Dari kompleksnya masalah yang dihadapi, Crocs mulai mengurai benang kusut pada 2014 lewat 3 cara. Minjar jelasin satu-satu, ya!

1.    Rombak manajemen

Step pertama yang dilakukan untuk menyelamatkan Crocs adalah dengan mengganti CEO yang mengerti cara berstrategi bagaimana jalannya business finance bekerja. Crocs juga sempat melakukan perombakan manajemen dan merekrut para eksekutif dengan keahlian industri yang mendalam. Lebih lanjut bahwa kurangnya pengalaman di bidang industri pada CEO lama mungkin jadi alasan kuat meruginya Crocs selama krisis keuangan 2008.

2.    Efisiensi dengan cara fokus ke profit

Untuk efisiensi beban operasional, Crocs melakukan penghematan besar-besaran dengan menutup 160 toko yang tidak menghasilkan profit. Mereka juga stop produksi model sepatu yang kurang populer dan fokus mengembangkan produk yang disukai banyak customer yaitu model clog klasik.

3.    Rebranding dengan cara berkolaborasi bareng banyak perusahaan dan tokoh terkenal

sandal crocs di drakor

Momen kolaborasi ini jadi turning point Crocs bangkit. Pada 2017, mereka mengubah citra merek yang jelek, aneh, dan kuno jadi trendsetter fashion global dengan collab sama brand besar dan artis terkenal.

Lewat strategi ini, Crocs berhasil menarik perhatian para penggemar brand dan artis yang diajak kolaborasi. Setiap rilis kolaborasi jadi momen viral, karena fans dari Justin Bieber, Post Malone, Balenciaga, Sanrio, Lotso, Star Wars hingga Microsoft ikut berburu koleksi terbatasnya. Alhasil, Crocs bukan cuma sekadar alas kaki nyaman, tapi juga simbol gaya hidup dan ekspresi diri.

Di momen ini, juga muncul tren “ugly fashion” atau normcore (gaya yang membanggakan sisi aneh dan kenyamanan pengguna). Sejak saat itu, Crocs mulai bangkit, profit, dan jadi brand dengan valuasi $10 M.

Dari Crocs kita belajar kalau kesuksesan bisnis nggak cuma bergantung pada marketing, tapi perlu ditunjang dengan financial sense yang baik. Karena keputusan yang diambil secara gegabah biasanya menghasilkan keluaran yang merugikan. Anyway, jika kamu butuh partner untuk handle kebutuhan digital marketing secara menyeluruh (social media manajemen, SEO, paid ads) bisa hubungi Belajarlagi Marketing Agency, ya!

.

 

 

 

Temukan Hal Menarik dan Asyik Lainnya

Yuk, Langganan Newsletter Kami

Topik apa yang paling menarik untuk anda?
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
Cookie Consent

By clicking “Accept”, you agree to the storing of cookies on your device to enhance site navigation, analyze site usage, and assist in our marketing efforts. View our Privacy Policy for more information.

Cookie preferences